Selasa, 21 September 2010

Kalau Jadi Superhero, Mau Jadi Apa?

“Kalau jadi superhero, kamu mau jadi apa, May?” tanya seorang teman. Orang yang saya kenal didominasi dengan kisah-kisah motivasi itu bertanya. Segera saya berpikir:  Apakah ini juga salah satu caranya memotivasi?

“Jiraiya,” begitu singkat jawab saya. Hei, jangan segera teringat ninja tua di film Naruto, ya. Jiraiya yang saya maksud itu ninja lain yang jauh lebih muda.

“Alasannya?” tanyanya lagi. Sebenarnya ia bertanya dengan dialek Betawi, tapi saya lupa. Saya hanya ingat inti pertanyaannya, bukan redaksinya. Ya, ia menanyakan alasan saya memilih Jiraiya sebagai tokoh yang saya inginkan sebagai ‘tampilan’ superhero saya.

“Manusiawi.”

“Kalau saya, ingin jadi Batman”

“Eh?”

“Atau Spiderman.”

Hmm, kenapa tokoh-tokoh itu pilihannya ya? Mari kita simak jawabannya dalam uraian saya.

Batman. Siapa yang tak kenal lelaki atletis bertopeng ini? Lelaki bertopeng yang memiliki kemampuan finansial dan kekuatan super, dibantu dengan peralatan canggih yang mendukung segala kegiatannya. Rupanya teman saya itu masih terpikir tentang kemampuan finansial seorang muslim dan alat pendukung.

Mata duitan? Matre? Tidak. Itu pemikiran yang sangat dianjurkan. Pernah baca buku “Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim”? Atau buku “Gue never Die”? Keduanya merupakan satu dari sekian buku yang menjabarkan bahwa dukungan finansial serta fasilitas akan melahirkan manusia yang berkualitas, tepatnya, muslim yang berkualitas.

Oke, oke. Saya rinci lagi. Bayangkan, dengan dana yang cukup, tentu seorang muslim akan sanggup mencukupi kebutuhan hidupnya. Bahkan, mampu membantu sesama yang membutuhkan materinya. Dan, muslim yang sudah memiliki materi yang cukup, akan mudah membagi waktunya untuk lebih memberdayakan dirinya ke kegiatan-kegiatan lain. Tidak ada lagi kepayahan karena lembur kerja yang akan membuatnya tidak cukup waktu untuk kreatif. Iya, kan?

Kemudian kita bahas tentang Spiderman.  Saya agak terkejut dengan alasannya memilih Spiderman. Tak lain karena Spiderman memiliki sisi lain dalam hidupnya yang tak diketahui orang lain. Eh? Hei, bukankah tidak beda dengan Clark Kent, Himura Kenshin, juga Batman?

Entah kenapa dia berkeras dengan alasannya. Ya sudahlah. Sayang sekali saya kurang dalam menyelidiki (ciee) alasannya terkait Spiderman.

Sisi lain kehidupan (bukan serial buatan saya, ya). Ternyata seorang muslim (lagi-lagi) memiliki keistimewaan dibanding manusia kebanyakan. Iyakah? Iya, lah, masa iya dunk. Apalagi iya, sih. Hehehe, sudah-sudah, saya jadi bercanda.

Hmm, alasannya untuk Spiderman dan Himura Kenshin mirip.  Karena memiliki sisi lain dalam hidupnya yang tak seperti kebanyakan orang. Muslim, siapapun ia, ketika sudah mengamalkan sesuatu sesuai ajaran Islam, tentu akan memiliki sisi ‘beda’ dari kebanyakan orang. Contohnya…hmm, contohnya puasa.

Kok Puasa? Iya, puasa. Atau bahasa jawanya: shiyam. Atau bahasa arabnya: shaum. (kok malah main bahasa-bahasaan?) Siapa yang tahu seorang muslim puasa atau tidak tanpa pelaku puasa itu memberi tahu? Iya, kan?

Tapi, ada contoh lain, nggak? Itu kelihatannya terlalu umum. Oke, oke, kalau mau yang lebih khusus. Mari kita lihat kehidupan sekarang. Saya mulai dengan kisah, ya.

Seorang lelaki muslim berusia 25 tahun, mengajar sekaligus melanjutkan pendidikan S2. Di tengah keluarga, teman kampus, dan muridnya ia seperti manusia kebanyakan. Tapi di sisi lain, ia juga sibuk dalam kegiatan islami. Misal, rapat untuk memilih siapa rekan yang pantas menjabat sebagai Gubernur Propinsi DKI Jakarta (keren juga perumpamaan saya, ya, hehehe). Dalam rapat itu tidak sembarang orang bisa ikut. Hanya orang-orang yang terpilih yang boleh ikut rapat dan mengambil keputusan. Dan dia termasuk di dalamnya. Tanpa diketahui orang banyak.

Contoh saya terlalu ekstrem? Maaf, deh. Tapi, begitulah menjadi muslim. Memiliki sisi lain kehidupan yang tak dimiliki kebanyakan orang. Rutinitas muslim selalu penuh dengan kejutan sehingga membuat hidup jadi lebih hidup. Eits, membuat hidup jadi berkesan.

Masih mau contoh? Oke. Saya sendiri contohnya. Saya mengalami juga bagaimana menjadi muslim yang berdayaguna. Ketika teman kuliah di awal perkuliahan mengeluh karena jadwal kuliah yang dikosongkan seenaknya, maka saya hanya bisa tersenyum dan berpikir lain: Ada acara apa lagi di kampus? Apa yang bisa saya bantu di waktu luang ini di mushola?

Tuh, kan. Sudah mengerti, kan, bagaimana sisi lain kehidupan muslim?

*arigato ne, nii-san ^.^

5 komentar:

  1. gx mau jadi sapa-sapa
    hehee
    mau jadi chika aja, tapi punya kekuatan super hero^^

    BalasHapus
  2. xixixi. iya lah, tapi ternyata yang ada di dunia ini superteam ya?

    BalasHapus
  3. mantep..mantep...kapan2 mau lagi ah baca blognya sya. kalo menurutku, kita semua sudah jadi superhero, meski baru/cuma parttime aja ;)
    salam kenal. saya juga lulusan UNJ loh...

    BalasHapus
  4. @ mbak Winy
    silakan, silakan. Duh, jadi malu nih dibilang mantap. saya baru belajar, mbak. Hmm, lulusan UNJ? doakan saya segera menyusul kelulusan itu ya ^^

    BalasHapus