Jumat, 19 September 2014

Jurnal Perdanaku

ANALISIS MINAT BACA SISWA SD

Maesaroh

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Indraprasta PGRI
Jl. Nangka 58C Tanjung Barat, Jakarta Selatan, Indonesia
maesaroh.sya@gmail.com

Abstrak

Membaca adalah keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh setiap manusia. Dengan membaca, maka manusia dapat menerima berbagai pengetahuan yang ada. Akan tetapi di Indonesia hal tersebut tidaklah menjadi sesuatu yang penting. Terutama pada anak-anak, khususnya siswa SD, kegiatan membaca tidak begitu disukai sehingga keterampilan berbahasa yang mendasar itu tidak terasah dengan baik. Padahal, dari kecil kegiatan membaca akan sangat berguna bila ditekuni yakni menjadi manusia berkualitas yang mampu bersaing di tingkat internasional.


Kata kunci: membaca, siswa, Indonesia


Analysis of Elementary Students's Interest

Abstract

Reading is language skills possessed by every human being. By reading, then humans can accept a variety of existing knowledge. But in Indonesia, it is not to be something important. Especially in children, especially elementary students, reading is not so favored that the basic language skills are not well honed. In fact, from reading the small activity would be very useful if occupied into a human that can compete at the international level.


Keywords: reading, students, Indonesia


A. PENDAHULUAN

Buku adalah jendela dunia. Pepatah tersebut tidaklah salah. Melalui buku, maka berbagai ilmu pengetahuan dapat diketahui tanpa melangkahkan kaki ke sumber ilmu. Sayangnya, di Indonesia kegiatan membaca buku bukanlah hal utama yang disenangi warga masyarakat. Baik orang dewasa maupun anak-anak kini tidak akrab dengan buku. Bahkan, banyak yang memandang orang penyuka buku sebagai orang kurang pergaulan. Padahal, justru dengan membaca maka wawasan orang tersebut sangat luas. Anggapan kurang pergaulan tersebut menjadikan masyarakat tidak mau menekuni buku sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia Indonesia. Tidak salah bila Taufik Ismail menyatakan dalam makalahnya, Generasi Nol Buku, bahwa ia bersama dengan puluhan ribu anak SMA lain di seluruh tanah air pada 1953-1956 sudah menjadi generasi nol buku, yang rabun membaca dan lumpuh menulis. Nol buku karena mereka tidak mendapat tugas membaca melalui perpustakaan sekolah, sehingga "rabun" membaca. Sementara istilah "pincang mengarang" karena tidak ada latihan mengarang dalam pelajaran di sekolah. Kewajiban membaca dan mengarang, menurut Taufik, bukan bertujuan untuk membuat siswa menjadi sastrawan, tapi merupakan keahlian yang dibutuhkan di setiap profesi. Generasi nol buku itulah yang kini disebut Taufik menjadi warga Indonesia yang terpelajar serta memegang posisi menentukan arah negara di seluruh strata, baik di pemerintahan atau di swasta. Beberapa sebab mendasar amburadulnya Indonesia sekarang, mungkin sekali karena dalam fase pertumbuhan intelektual, mereka membaca nol buku di sekolah (Ismail: 2007)

B. PEMBAHASAN


Darmono (2007:214) menyatakan bahwa minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca ditunjukkan dengan keinginan yang kuat untuk melakukan kegiatan membaca. Hal ini disebabkan minat membaca merupakan salah satu faktor penting yang akan membantu anak untuk segera siap membaca.


Senada dengan pendapat Darmono, Rachman (1983:16) mengemukakan bahwa minat baca diartikan sebagai perwujudan perilaku baca murid yang disebabkan oleh faktor-faktor pendorong tertentu, baik oleh faktor internal maupun eksternal.


Sementara itu, Dallman dkk (1982 dalam Hadi Susanto, 2013) mengatakan bahwa minat membaca merupakan faktor terpenting dari kesiapan membaca anak untuk belajar membaca.

Minat baca masyarakat Indonesia, dalam hal ini siswa SD masih rendah. Hal tersebut terjadi hampir merata di beberapa daerah. Di Jakarta, siswa SD lebih memahami bagaimana menggunakan ponsel pintar (smartphone) daripada memilih buku bacaan yang tepat untuk mereka. Di Kalimantan lain lagi. Para siswa kesulitan menemukan kosakata yang tepat untuk menceritakan kegiatan sehari sebelumnya. Hal tersebut diakui sebagian siswa bahwa itu karena mereka sangat jarang membaca buku. Buku-buku yang disediakan di perpustakaan hanya sesekali mereka lirik bila ada tugas.

Berdasarkan data UNDP 2010 minat baca masyarakat Indonesia berada pada peringkat 112 dari 175 negara, masih sangat rendah. Kemudian UNESCO pada 2012 mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 yang berarti dalam tiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang memiliki minat baca (republika.co.id). Sedangkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2006 disebutkan bahwasanya masyarakat Indonesia lebih tertarik menonton televisi dan mendengarkan radio daripada membaca koran.


Beberapa survei di atas telah menunjukkan mengenai kurangnya minat baca di Indonesia. Akan tetapi kurangnya minat baca tidak muncul begitu saja. Ada faktor-faktor penyebab kurangnya minat baca di Indonesia, khususnya di kalangan siswa SD.

Penyebab pertama sistem pembelajaran belum membuat anak-anak, siswa, dan mahasiswa harus membaca buku. Saat ini tugas-tugas siswa SD lebih banyak mendekatkan mereka dengan internet. Mulai pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sampai tugas mengarang dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Para siswa hanya ditugaskan mencari sebuah materi dan mencetaknya untuk dikumpulkan tanpa ada keharusan mendiskusikan bahan yang mereka kumpulkan.

Penyebab kedua adalah banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku. Para siswa SD lebih mudah menghapal lagu-lagu baru atau kisah terbaru yang ditayangkan televisi daripada mengetahui buku baru yang terbit untuk mereka. Padahal, sudah banyak buku-buku yang terbit dengan penyesuaian isi serta tata wajah buku agar menarik perhatian anak-anak, seperti buku-buku Kecil-kecil Punya Karya terbitan Asma Nadia Publishing House.

Kemudian penyebab ketiga, banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, tempat karaoke, night club, mall, supermarket. Di kota besar khususnya aktivitas rutin di hari kerja yang padat memang membosankan, melelahkan. Hal tersebut menyebabkan masyarakat memerlukan waktu luang untuk bersantai dan berhenti sejenak dari rutinitasnya. Berbagai fasilitas disediakan sebagai alat pemenuh kebutuhan hiburan. Padahal, waktu luang yang ada bisa diisi dengan membaca buku.

Penyebab keempat, budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita. Kita hanya terbiasa mendengar berbagai dongeng, kisah, adat-istiadat secara verbal dikemukakan orang tua, nenek, dan tokoh masyarakat.

Kelima, para ibu orang tua kita senantiasa disibukkan berbagai kegiatan, serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga. Sehingga tiap hari waktu luang sangat minim bahkan hampir tidak ada untuk membantu anak membaca buku dan belajar. Bahkan bagi sebagian besar ibu di Indonesia membaca buku adalah hal yang membuang waktu sehingga tidak perlu dilakukan.

Terakhir, mempunyai sifat malas yang merajalela dikalangan anak-anak maupun dewasa untuk membaca dan belajar demi kemajuan diri masing-masing untuk menambah ilmu pengetahuan. Keengganan membaca buku ini masih terkait dengan adanya berbagai mainan lain sejenis game console, atau ttontonan anak yang waktunya sangat lama. Bagi anak-anak, menonton atau bermain adalah hal yang tidak menguras energi dan pikiran sedangkan membaca memerlukan fokus pikiran tersendiri.

Dengan keenam faktor tersebut maka muncullah kurangnya minat baca masyarakat Indonesia, khususnya siswa SD. Dampaknya, tidak lain tidak bukan, rendahnya kualitas orang Indonesia dalam persaingan dengan orang luar negeri yang hobi membaca.

Upaya yang sudah dilakukan pemerintah terkait masalah minat baca antara lain memperbaiki perpustakaan di setiap daerah. Dari bangunan, manajemen, hingga koleksi diusahakan agar tidak ketinggalan dengan toko buku. Selain itu, untuk menambah pelayanan dan meningkatkan minat baca masyarakat, keterlambatan mengembalikan buku perpustakaan tidak lagi didenda berupa uang, tapi skorsing ketidakbolehan meminjam buku dalam kurun waktu tertentu.

Kemudian pemerintah juga menyediakan perpustakaan keliling dengan mobil yang dioperasikan pada hari tertentu di wilayah perpustakaan tersebut. Dengan adanya mobil perpustakaan keliling, anak-anak yang enggan ke perpustakaan masih bisa membaca buku. Kegiatan jemput bola yang dilakukan pemerintah mulai berbuah hasil.

ada pula acara-acara yang diadakan oleh perpustakaan untuk menarik minat baca masyarakat Indonesia, misalnya saja lomba bercerita. Lomba bercerita ini isi ceritanya harus diambil dari buku-buku yang sudah terbit di Indonesia. Dengan cara itu diharapkan para siswa SD yang ingin menjadi peserta akhirnya membaca buku untuk diceritakan dalam lomba.

Upaya pemerintah tersebut juga didukung oleh sebagian masyarakat yang peduli pada minat baca penduduk Indonesia. Maka berdirilah berbagai taman bacaan dan mobil pustaka keliling yang mirip dengan perpustakaan keliling milik pemerintah dari segi fungsi.

Selain itu, upaya meningkatkan minat baca juga dapat dilakukan dari dalam rumah. Sebagian keluarga modern mencanangkan kegiatan membaca bagi keluarganya sebagai sesuatu hal wajib setiap hari. Mereka membiasakan pembacaan dan berbagi cerita terkait isi buku dengan antar anggota keluarga. Bahkan ada yang mengenalkan buku pada anggota keluarga yang masih bayi.

Program kunjungan ke toko buku tiap bulan atau perpustakaan juga bisa menjadi salah satu cara meningkatkan minat baca pada anak. Dengan kunjungan tersebut, anak akan tahu bahwa buku banyak macamnya.

  1. PENUTUP

Minat baca masyarakat Indonesia, khususnya siswa SD, masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor yang melatarbelakangi kurangnya minat baca. Berbagai upaya harus dilakukan agar minat baca siswa SD khususnya meningkat. Pihak pemerintah, organisasi swadaya, sampai individu berusaha untuk mengembangkan minat baca masyarakat Indonesia. Jika mereka tidak berjalan sendiri-sendiri dan bersinergi, tentu minat baca masyarakat Indonesia akan meningkat. Peningkatan minat baca sejak kecil akan berdampak positif saat ia dewasa, yaitu dapat menjadi manusia berkualitas yang mampu bersaing di tingkat internasional.


DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 2007. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo.
H. A, Abd. Rachman, dkk.1983. Minat Baca Murid Siswa Sekolah Dasar di Jawa Timur. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
http://saipuddin.wordpress.com/2010/05/16/7-penyebab-rendahnya-minat-baca/ (diakses 14 Februari 2014)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar