Jumat, 18 Oktober 2019

Let's Go! Thai 1

Today is Tuesday. Bersiap dari nyusun baju di koper, bongkar lagi--pindah ke tas--, packing lagi. Kinan ikut bersiap dengan kacamata hitam dan tas mungilnya. Mau ke mana kita? Thailand! Pertama kali di hidup Kinan naik pesawat, pertama kali di hidup May ke luar negeri. Bismillah, semoga semua dimudahkan oleh Allah.

Berangkat dari rumah pukul 10.00 WIB dengan estimasi perjalanan 1 jam. Udah rusuh saja di grup teman-teman menanyakan posisi May. Wajar mereka khawatir apalagi rata-rata ini perjalanan pertama mereka naik pesawat ke luar negeri pula. Mereka belum pernah merasakan proses check-in dkk jadi heboh saja bawaannya.

Sampai bandara nyaris pukul 11.00 dan teman-teman check in duluan sebelum May sampai di terminal 2F. It's ok, nggak apa-apa. Paling cuma beda nomor kursi. Sesantai itu May jalani karena memang pesan ketua kelompok dan teman yang tidak ikut itu May harus tenang dan jangan panik. Lah ini malah mereka yang panik.

May check in di gate 4 sesuai arahan bapak security bahwa Lion group jatahnya di gate 4. Beda dengan teman-teman yang check in di gate 5. Entah kenapa berbeda.

Ternyata, gate 5 lebih dekat dengan tempat pemeriksaan paspor. Setelah check in berdua Kinan, ditemani pak ketua, May diarahkan ke tempat pengecekan paspor.

Hanya ditanya keperluan ke Thailand, malah disarankan belanja banyak karena murah oleh pak petugas check in 😁 ternyata nggak seseram yang dibayangkan, sodara-sodaraaaa.

Dari pengecekan paspor, May, Kinan, Pak ketua, menuju titik kumpul teman-teman. Mereka cuek, hanya satu dua orang yang menawarkan makanan (saat itu mereka lagi makan) ke May. May jawab saja terima kasih karena di luar sudah makan bersama Kinan.

Waktu zuhur tiba dan kami sholat di mushola. Letaknya setelah Roti O, toko-toko gitu.  Mungil tapi nyaman dengan tempat wudhu pria-wanita dipisah.

Selesai sholat, kami menuju tempat pemeriksaan imigrasi. Petugasnya menangkupkan tangan dulu, meminta izin untuk memeriksa. Bikin seneng aja, nih, Ibu petugas. Nggak lama, cuma dadah-dadah sama tas beberapa detik untuk lewati detektor.

Setelah itu, kami menuju gate untuk menunggu waktu masuk pesawat. Jadi inget waktu ke Yogya, hampir naik pesawat yang ke Bali 😂 pokoknya untuk grup Li*n jangan percaya gate di boarding pass deh. Tanya petugas di gate aja lebih aman 😁

Sudah waktunya masuk pesawat. Mbak pramugarinya pakai bahasa inggris. Ternyata beliau orang Thailand (ya iyalah ini kan pesawat Thai Lion Air) jadi kami komunikasi pakai english saja. Yakali setiap dia ngomong Thai May jawab sawadikap sawadikap terus 😁.

Bener, kan, posisi May dan Kinan jauh dari rombongan. Mereka di 16-18, May-Kinan di kursi 29.  It's ok, pikir May. Cuma duduk di pesawat, pasrah sama Allah, nggak ngerti ya nanya. Sesimpel itu pikiran May.

Oiya May dan penumpang lain dibagiin kertas dooong. Kirain teh doorprize gituh (wkwkwkwkwk sejak kapaaaaan) ternyata kartu imigrasinya Thailand. Dengan petunjuk yang pernah diberikan sesebapak, May tulis deh tuh form yang dibagi. Kecil, mirip boarding pass.

Mbak sebelah Kinan mirip orang Thai jadi May colek dan tanya pake english apa dia butuh kartu imigrasi karena mbak pramugari (eh mbak beneran kan ya?) Juga nanya May apa sebelah Kinan butuh kartunya. Ealah, wong indonesia thooo. Keki kan udah sok linggis ☺️.

Kinan pertama kali jajan di udara: pocky dan ovaltine hangat. Tadinya mau beli meals tapi pramugari sigap bilang May nggak boleh makan itu. Karena apa? Haram. Kayaknya sih ada unsur babinya. Thanks a lot mbak, udah care sama kami. Tau nggak total jajan kinan? 120 baht. Dengan kurs saat itu 1 baht = 470 rupiah, jadinya 56.400 rupiah. Fantastis! Itu bisa buat beli nasi padaaaang kenyaaaang.

Sempat kenalan juga dengan mbak bercadar asli Thai yang mondok di indonesia jadi lancar beliau bahasanya. Seru juga ya ternyata ketemu orang beda negara di negara lain. Dulu, mah, cuma nerima delegasi negara lain di kampus jadi belum kerasa jumpalitannya.

Pramugari mengarahkan kursi 25 ke atas lewat pintu belakang turunnya. Oke, manut. Turun tangga pesawat dan ada bus shuttle di bawah. May lihat bus shuttle juga di pintu depan. May pikir rombongan May di bus depan. Jalan ah ke bus depan. Eeeeh, mbak pramugari teriak dari atas pesawat: madam! No! No! You cannot go there! Sudah berasa maling diteriakin nggak sih? Oke, manut, balik ke bus di belakang sambil ngamati bus depan yang jalan duluan. Kita kepisah, friends. Nanti ketemu di imigrasi ya, pikir May.

May turun dan menuju imigrasi sambil celingukan cari sosok teman-teman. Duduk sebentar dan nyalakan ponsel. Berdasar info, di bandara ada akses wifi gratis. May coba nyalakan tapi ada peringatan bahwa whatsapp tidak terakomodasi oleh jaringan bandara. Haduh, itu, kan, cara komunikasi May dan teman-teman. Hmm, apa lagi, ya, aplikasi yang bisa dipakai untuk berkabar?

May ingat sempat add akun medsos beberapa dari mereka. May kirim inbox saja semoga mereka membuka dan membalasnya: di mana?

Kemudian May mengikuti proses pengecekan imigrasi sampai selesai. Setelah itu, May turun pakai eskalator ke lantai bawah, mencari teman-teman yang kiranya sudah duluan karena bus mereka kan tadi di depan. Lari ke pusat informasi, menanyakan konter DTAC (kartu SIM thailand) dengan keyakinan teman-teman di konter tersebut. Minimal May klaim kartu sim dulu supaya bisa whatsapp mereka. Yakin mereka sudah di luar.

May keluar dan mendapati kelompok 2 yang ada di konter DTAC. Mereka menanyakan rombongan May dan May menjawab seharusnya sudah di luar karena di dalam tidak ada dan mereka naik bus di depan May. Segera kami menukar kartu sim dan May mengabarkan via whatsapp bahwa May di pintu keluar. Tidak ada jawaban dari mereka dan May berlari ke pusat informasi minta bapak petugas berdarah india itu announcing bahwa Bapak I ditunggu di pusat informasi.

Setelah kami berkumpul, kami naik van ke penginapan kami: BB Wong Sawang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar