Rabu, 11 November 2009

Puisi Sosial Tak Berjudul

oiiii, inilah negeri carut-marut
negeri yang penuh tumpah darah kami
alangkah akrab dengan bencana
dimana mana orang berteriak!
lapar...lapar....
siapa peduli?
oiii, inilah negeri carut marut
negeri yang penuh airmata
alangkah akrab dengan yang bernama busung lapar
lapar....
lapar...
tak ada peduli
ketika...berebut sesuap nasi...
mati
terinjak berkubur tanpa nisan
hahhh....
di gedung wakil rakyat
berkursi rakyat, bersepatu rakyat, bertameng reformasi
terlanjur kutitipkan suara hati dan nurani
sedang mereka sibuk berebutan amplop
yang berseliweran di bawah kursi
di gedung rakyat yang bertameng rakyat
terlanjur kusandarkan harapan
tentang mimpi mimpi indah tanah merdeka
di pundak mereka
rumah rakyat telah berobah tingkah
menjadi warung tuak tempat berkumpul para pemabuk
hingga tempat nongkrong para pelacur
yang berparfum darah mahasiswa dan bertongkat
tulang tulang rakyat yang semakin sekarat
lihatlah
di dasinya terpampang hati dan nurani rakyat
yang diperjual belikan dengan tarfi yang cukup lumayan
buat tidur di hotel berbintang bintang
sambil berdansa cha cha cha
lupa rakyat
lupa janji
lupa sumpah
lupa jabatan
lupa nurani
dan lupa mati

by seseorang yang nggak mau disebut namanya....

sebuah gugatan pada kehidupan sosial yang coba dirangkai dalam bait puisi. nggak salah untuk nempatin kata-kata denotatif. nggak salah. banyak pengulangan kalimat yang sya pikir adalah sebuah penekanan (tar dulu, lagi penuh nih kepala, jadi belum bisa komen banyak...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar