Jumat, 05 Februari 2010

Kampus Idaman?

Saat saya cari frase ‘kampus idaman’ di google.com, saya temukan banyak yang membahas kampus idaman terkait lomba yang diadakan oleh Universitas Islam Indonesia. Ternyata lomba ini sangat digemari. Entah karena apa. Tapi, sepertinya saya tidak akan membahas lomba kali ini, meski tulisan ini diikutkan dalam lomba (hahaha...). saya hanya akan membahas kampus idaman seperti yang pernah dibincangkan oleh sebagian rekan saya semasa awal kuliah.

Berawal dari keluhan rekan-rekan mahasiswa terkait sistem kuliah dan jurusan yang tidak bersahabat, kami asik mengkhayal tentang kampus yang diinginkan. Ya, saya berpikir, mungkin benar. Kampus idaman rekan-rekan adalah lingkungan yang bersahabat dengan kami, mahasiswa. Lalu, lingkungan bersahabat yang bagaimana?

Bersahabat dari sistemnya, juga orang-orangnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kampus adalah lembaga sekaligus ruang publik yang sangat dinamis. Bayangkan saja, tidak ada larangan orang luar kampus untuk masuk ke area kampus, tidak seperti di sekolah yang harus ada surat izin terlebih dahulu.

Selain itu, saya juga melihat adanya kebanggaan tersendiri dari rekan-rekan mahasiswa bila menyebut kampus mana tempat ia belajar. Setelah saya pelajari, ternyata kebanggaan itu (sampai menyebut kampus idaman) termotivasi banyak faktor. Ada yang karena ‘output’ kampus tersebut banyak yang menjadi orang tenar. Misalnya, almamater wakil presiden, presiden, atau menteri. Juga almamater artis, peneliti, bahkan produsen jamu terkenal (wew!). Faktor lain karena suasananya nyaman. Selain itu, faktor peringkat kampus di dunia atau Indonesia juga menjadi faktor yang tidak dapt diabaikan. Ada pula yang disebabkan fasilitas sangat lengkap, layaknya lembaga perguruan di luar negeri.

Jadi, tolok ukur ‘idaman’ bagi kampus di negeri ini masih belum jelas. Untuk tahu seperti apa kampus idaman kita, maka carilah yang sesuai dengan minat. Tidak hanya minat jurusan, tapi juga karakter diri.

Mengenai minat, saya teringat sesuatu. Hmm, kembali ke masa SMA. Saya teringat saat teman-teman disodorkan berbagai brosur universitas/perguruan tinggi. Juga saat dicekoki berbagai materi dari guru bimbingan konseling SMA. Intinya, saat itu kami didoktrin agar memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan jurusan yang kami mau. Tapi, kami juga masih didoktrin bahwa kuliah di perguruan tinggi negeri dan berperingkat (kalau tidak mau dibilang bergengsi) adalah yang nomer satu. Saat itu kami tidak di’cekoki’ pengetahuan untuk memilih kampus yang nyaman bagi kami, sejatinya kampus idaman kami.

Mengapa saya mengatakan kampus nyaman adalah kampus idaman? Ya, kini saya dan rekan-rekan mahasiswa merasakan, bahwa kampus bukan hanya tempat belajar dengan duduk di ruang kelas seperti sekolah. Kami membutuhkan kampus idaman kami, dengan kenyamanan yang kami butuhkan. Kenyamanan yang hadir dengan sinergisitas semua elemen kampus. Kalau di sekolah, mungkin disebut warga sekolah? Di kampus biasa disebut dengan civitas akademika.

5 komentar:

  1. Saya juga masih sering ngedumel dengan kampus saya :)

    ditunggu kunjungan baliknya ke black-gnr.blogspot.com

    BalasHapus
  2. ahahaha...sama juga ternyata...tapi lebih baik kalau kita ajak yang lain untuk lebih baik di kampus sehingga kampus jadi baik :D

    BalasHapus
  3. wah.. enak dibaca postingannya.. sukses yah lombanya.. komentari perguruan tinggi idaman saya juga ya..

    BalasHapus
  4. setuju . . . kyaknya posting kita sama2 bicara masalah 'nyaman" y . . .
    "kuliah nyaman di kampus idaman"

    BalasHapus
  5. ahahaha, iya, dimana mana semua bicara nyaman :)

    BalasHapus