Kepada para mahasiswa
yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan
di persimpangan jalan
Kepada pewaris peradaban
yang telah menggoreskan
sebuah catatan kebanggaan
di lembar sejarah manusia
Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi memperembahkan jiwa dan raga
untuk negeri tercinta
nukilan lagu “Totalitas Perjuangan” di atas mengingatkan saya pada masa-masa awal saya menjadi mahasiswa. Lagu itu menjadi ruh bagi demonstran-demonstran di jalanan saat kami menyuarakan isu-isu kerakyatan dan kenegaraan.
Masih segar dalam ingatan saya tentang aksi pertama...sepertinya...yang saya ikuti, yang digelar besar-besaran untuk mengawasi kenaikan harga BBM oktober 2005. Menurut saya, saat itu kami—mahasiswa—memang layak turun ke jalan. Kami menyuarakan keinginan rakyat untuk tidak setuju pada kenaikan harga BBM yang akan berimbas pada kenaikan harga-harga lainnya. Kami sadar kami merupakan bagian dari gerakan moral serta gerakan sosial di tengah kehidupan bernegara.
Beberapa aksi yang saya ikuti di awal-awal saya kuliah, diiringi dengan banyak hal penuh kenangan. Saya ingat bagaimana border—pembatas barisan—aksi terdiri dari gandengan tangan beberapa mahasiswa. Saya ingat raut wajah berseri-seri di balik peluh yang mengaliri, hanya karena bertemu dengan teman baru yang satu misi, satu visi, juga satu ideologi.
Sayang sekali, setahun kemudian apa yang saya rasakan saat aksi—demo—tidak terasa lagi. Ruh memperjuangkan hak rakyat tidak lagi dirasa dalam aksi. Sebagian mahasiswa hanya sekedar ikut-ikutan, keren-kerenan saat aksi. Tidak saya dapati wajah berseri dalam penjagaan border aksi.
Semoga setelah aksi terakhir sebelum saya menulis ini, wajah demonstrasi kembali lagi seperti dulu. Seperti saat tahun 1966, seperti tahun 2005 yang saya alami. Sehingga saya bangga mendengar mahasiswa berteriak “Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia!”
Adakah yang merasakan sama seperti saya? Jika iya, maka mari berdoa dan mencoba mengubah dengan cara yang kita bisa. Jika tidak, ya sudah. Saya hormati dan hargai.
Durentiga, sore bersama pembahasan tentang gerakan mahasiswa.
Akhirnya kita tiba pada satu ketika yang biasa...[gie]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar