Sabtu, 19 Juni 2010

Bisnis dalam Kehidupanku: Kemarin, Hari Ini, dan Esok

Sabtu sore, tepat sebelum saya menulis di sini, saya membaca sebuah ulasan terkait bisnis. Bisnis? Duh, itu hal yang sangat jauh dari dunia saya sebelumnya. Ya, saya adalah orang yang sangat menjauhi bidang-bidang yang langsung terkait dengan uang. Dan menurut saya, bisnis adalah suatu hal yang langsung berurusan dengan uang. Pusing saya bila melihat hal terkait bisnis.

Tapi itu dulu. Saat saya belum 'terdesak'. Ya, kadang keterdesakan menjadikan seseorang kreatif dan berani melangkah. Hmm, saya ingin tersenyum atas kalimat saya barusan. Kondisi keluarga, menuntut saya untuk mulai berdagang. Enth apakah saat itu saya mulai berbisnis atau tidak. Saat itu saya melihat beberapa peluang. Adapun peluang itu adalah:
  1. Saya memiliki laptop/notebook di rumah sebagai pengganti komputer saya.
  2. Saya memiliki modem HP yang paling irit saat itu dari sebuah vendor ponsel.
  3. Seorang teman menawari saya untuk jadi reseller cincin.
Melihat ketiga peluang ditambah keluangan waktu saya, saya kemudian berkata dalam hati, kenapa nggak dicoba? Dan saya merespon positif tawaran teman saya. Hmm, itu kali pertama saya berjualan. Saya fokuskan penjualan kali ini melalui jejaring sosial. Sebelumnya, saya sangat ingat beberapa kali saya berhasil menggunakan jejaring sosial tersebut untuk membantu teman saya membeli ponsel, kemudian membeli laptop, kemudian saya ikut memasarkan produk teman-teman saya. Murni karena saya ingin membantu. Tidak ada niatan untuk mengambil untung dari pembelian dan penjualan mereka.

Debut pertama saya dapat dikatakan sukses (Alhamdulillah) karena banyaknya peminat dagangan saya. Layaknya pemula di dunia perdagangan, saya sangat senang ketika ada seseorang menanyakan tentang dagangan saya. Tapi, harus menelan kecewa ketika mereka hanya bertanya. Ya, wajar. Saya rasa sangat wajar bila ada pebisnis pemula yang juga mengalami apa yang saya rasakan kala itu.

Sekarang saya sudah terbiasa menjalani bisnis saya. Terbiasa dengan sikap orang-orang yang bertanya atau sekadar iseng saja mengomentari dagangan saya. Hmm, saya yang sangat memegang teguh prinsip 'kepuasan pelanggan dan jualbeli yang diridhoi Allah', hanya mennaggapi sekadarnya, sewajarnya, tidak kesal dan kecewa seperti dulu.

Berkali-kali saya berdagang melalui jejaring sosial, saya kemudian berpikir suatu hal. kenapa nggak bikin toko online? Setelah saya melihat-lihat di internet, ternyata membuat toko online juga butuh modal. Hmm, sebagai pemula, yang masih takut dengan resiko, sepertinya saya harus memutar otak, mencari gratisan, hehe.

Setelah memikirkan beberapa waktu, saya membuat sebuah blog toko online. Kemudian saya namai Toko Mimya. Sebuah nama lucu, menyenangkan didengar. Begitupun harapan saya, bahwa hubungan saya dengan pelanggan akan menyenangkan. Saya segera mengisi blog dengan berbagai barang yang saya jual bersama dengan teman-teman saya. Mereka menawarkan barang untuk saya jual sejak mereka melihat peluang penjualan saya. ya, sayapun bersedia dan menjalankannya.

Begitulah. Saya membantu menjualkan baterai laptop, buku, dan kain batik. Sementara dagangan utama saya adalah sarung bantal cinta. Hampir setiap hari saya melakukan update terhadap thread di berbagai forum. Ya, sebuah tulisan 'lepas'. Kenapa terkesan 'lepas'? Karena saya melihat tidak adanya ikatan antara pedagang satu dengan lainnya.

Akhirnya saya menyebarkan iklan di 'persatuan' toko online, semisal tokopedia.com dan dinomarket. Saya kira saya akan mendapat pengalaman teman sesama pedagang di sana. Tapi ternyata tidak. Saya kembali pada cara lama yang membuahkan hasil materi pada saya: berjualan via jejaring sosial dan blog toko online. Saya pikir, mungkin suatu hari pengalaman akan saya dapatkan meski bukan secara langsung.

Selama mendaftar dan googling di internet, saya mendapati bahwa sudah begitu banyak pedagang di internet. Ada apa ini? Apakah sedang tren? Kemudian saya telusuri beberapa toko online itu, mempelajari mereka sedikit demi sedikit. Ya, semoga ini langkah baru di Indonesia yang akan menjadi tulang punggung Indonesia. Ya, saya yakin dengan apa yang diucap Nabi saya, Rasulullah Muhammad saw, bahwa 9 dari 10 pintu rezeki ada dalam usaha dagang. Bapak saya juga berkata bahwa pedaganglah orang yang paling berhasil dalam hal materi.

Mengingat hal itu, mengingat bahwa Indonesia memiliki hutang, saya jadi sangat ingin pebisnis di Indonesia bersatu, saling berbagi pengalaman, saling membantu. Tapi, saya bingung, bagaimana caranya supaya pebisnis bersatu dalam satu payung? Selain Komunitas pengusaha Muslim Indonesia, ada lagikah? Saya terus mencari di internet. Masih belum menemukan cara yang sesuai dengan gaya saya. Sebuah Komunitas bisnis online di Indonesia. Adakah?

Hingga akhirnya sebuah forum diskusi mengarahkan saya pada Frigz.com. Saya pikir ini situs apa. Kemudian saya melihat profil Frigz itu sendiri. Hmm, saya tertarik. Frigz.com adalah sebuah jejaring sosial khusus pebisnis. Hmm, karena menurut saya pedagang juga pebisnis, ya, jejaring sosial itu juga berlaku untuk saya. Akhirnya saya bergabung dan mulai mencoba mencari teman di sana. Sangat sesuai dengan gaya saya. Saya bisa berbincang di sana, sekaligus berkonsultasi mengenai usaha, bisnis, dan segala macam hal terkait lainnya. Siapa tahu pengalaman mereka akan menjadi sumber pengetahuan saya akan bidang yang jauh sekali dari saya ini. Ya, semoga.

2 komentar:

  1. barusan dah daftar juga, review yg bermanfaat ...

    BalasHapus
  2. sip...sip....ungkapan sederhana dan bnyk menyimpan manfaat....nice post

    BalasHapus