Sabtu, 12 Juni 2010

Tentang Asbak dan Prinsip Keluarga

Rokok. Hmm, ya, kali ini saya akan bicara tentang rokok. Tapi bukan tentang akibat buruk rokok karena saya yakin pembaca sudah tahu apa efek negatif rokok itu sendiri. Ide penulisan ini bermula ketika saya sedang mengantar dagangan ke rumah pelanggan yang juga tetangga saya.

Pagi ini keponakan saya yang bersekolah TK minta diantar berangkat. Okelah, saya turuti kemauan keponakan saya. Saya mengantar keponakan sekaligus membawa dagangan. Hmm, pembeli kan ibu dari teman keponakan, jadi bisa saja kasih di sekolah. siapa tahu ada yang lihat, terus mau deh beli. minimal nanya-nanya, lah...hehe. batin saya mulai menyalurkan ide di kepala saya.

Akhirnya saya mengantar keponakan ke sekolah, tapi karena tidak bertemu pembeli di sekolah, saya segera ke rumahnya. saat jalan pulang.

Rumah sederhana itu masih tertutup pintunya. wajar, keluarga itu adalah keluarga yang perempuannya bercadar. begitu pikir saya. Ya sudahlah, saya ketuk saja pintunya. Kemudian saya dipersilakan masuk. saat duduk di ruang tamu dengan sofa melingkari meja, saya agak kagum. Ya, meja itu berlapis kaca dengan pemandangan pasir laut serta kerang laut di dalamnya. manis.

Tapi pemandangan indah itu 'dirusak' oleh sebuah benda di sisi meja. Yep, sebuah asbak asik menggeletakkan dirinya di salah satu sisi meja manis itu. Hmm, saya teringat sesuatu. Teringat orangtua saya, teringat mama saya.

 << gambar asbak (ilustrasi)


Mama, sesosok yang dikenal 'gaul', ramah, dan bersemangat, selalu menunjukkan sejak awal tentang ketegasan beliau. Terutama tentang rokok dan semacamnya. Keluarga saya alhamdulillah tidak ada bakat untuk memasuki dunia perokokan. dan sebagai wujud prinsip 'tidak merokok' kami, rumah kami memberi peraturan khusus bagi tamu yang merokok. siapapun dia.

Peraturan tak tertulis itu adalah:
  • Tidak menyediakan asbak rokok. salah seorang tetangga berkata, "kan pake piring kecil bisa, bu.". Bagi orang-orang sederhana, tatakan cangkir bisa multifungsi, salah satunya untuk asbak. Tapi mama menolak.
  • Meminta dengan hormat setiap tamu yang akan merokok untuk meninggalkan bangunan rumah kami. Kasar? Ah, nggak. Mama sering meminta dengan nada canda dan ramah beliau kok.
Dua peraturan itu sangat ampuh dan dihapal oleh tiap tamu yang datang ke rumah. Kesimpulan yang saya tarik adalah, ketegasan kita sejak awal tidak akan menjauhkan kita dari pergaulan, tapi malah akan  membuat orang menghargai kita. Ya, meski mama bukan menginginkan penghormatan, tapi hal itulah yang terjadi. Salut for you, Mom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar