Benar, siswa kelas 1 SD itu duduk-duduk sambil menatap langit. Ada apakah? Aku yang terheran jadi ikut mendongakkan kepala. Cerah, meski hitam. Ada satu bulan di atas sana, mengangkasa. Ah! itu bukan satu, tapi setengah.
Kuambil tempat duduk di sampingnya. Meski duduk di lantai, tapi menyimaknya adalah hal menyenangkan. Ya, tiap anak-anak yang kujumpa seolah memiliki kecerdasan tersendiri.
"Mbak, itu bulan kok nggak jatuh, ya?" salah satu pertanyaan yang diajukannya membuatku tersenyum. Saat mencoba memberinya penjelasan, aku mulai sadar, ternyata mengolah ilmu agar tercerna dengan baik oleh anak-anak tidaklah mudah. Tapi, ini jadi menarik!
"Mbak, kalao..kalo...kalo ada bintang jatoh, katanya apa yang kita minta, dikabulkan, ya?"tanyanya lagi. Senyumku kini kugunakan sebagai tameng kesedihanku. Begitu jauhkah keyakinan pagan menggerogoti Wahyu, dan anak-anak lain?
"Siapa yang bilang gitu ke Wahyu?"
"Temen-temen,"
"Yah, Yu. Bintang aja jatoh juga karena disuruh sama Allah, masa iya pas dia jatoh mau ndengerin orang-orang mohon apa gitu? hehe, bayangin aja. Kalo Wahyu lagi jatuh, terus temen-temen malah minta ini-itu ke Wahyu, Wahyu bisa nggak ngasih apa yang diminta?" ajakku memikirkan pertanyaannya. Kulihat ia mengangguk, kemudian tertawa sambil menggeleng.
"Nah. Bintang juga gitu, dia mah jatuh ya jatuh aja. Dia kan diciptakan Allah juga. Jadi, kalau kita minta apapun juga bintang nggak bisa kabulkan. Wahyu bilang aja ke temen-temen, kalau mau minta apa-apa, langsung ke Allah,"
Di tengah obrolan kami, ibunda Wahyu datang menghampiri. ternyata Wahyu disuruh makan malam. lelaki kecil itupun pamit dan mengajakku bercerita lagi lain waktu.
Ya. Kita akan terus berbagi, Yu. Apa yang kita alami, apa yang kita temukan, bersama kita renungkan, dan semampu kita, bagikan ke teman-teman.
^.^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar