Sabtu, 17 Juli 2010

[catatan perjalanan] Stasiun Gambir

Pukul 8 pagi, saat kami berangkat. Aku menemani seorang teman yang akan pergi menggunakan kereta api. Hmm, Gambir. Imajiku mengangan pada stasiun lusuh, kucel, tak terawat.

Tapi hal itu harus dibuang jauh-jauh saat aku menginjakkan kaki pada lantai di pintu masuk stasiun Gambir. Warna dominan hijau yang dipilih menggambarkan sejuk, dan sedikit berkesan lapang. Ya, warna hijau itu mengajak mataku untuk mengakui bahwa stasiun ini tampak lebih luas. Terutama lorong di bawah pintu masuk. Kanan kiri lorong itu diapit pertokoan kecil yang sengaja didesain modern. Lumayan, batinku.

Terus aku berjalan bersama temanku. Akhirnya kami 'keluar' dari lorong itu, sampai di ujungnya yang menghamparkan pemandangan 'tidak asing'. Ruangan seperti lobi, berbentuk lingkaran. Di tengah ruang itu tertanam pot besar dengan tanaman yang mengisinya. Masih berwarna hijau. Kami menemui seorang mbak penjaga. Setelah menunjukkan tiket serta membeli karcis peron, kami masuk ke pintu lainnya. Menuju sebuah eskalator unuk naik ke lantai berikutnya. Menuju peron di jalur 1.

Eskalator itu ada dua, dan keduanya menuju ke atas. Dua eskalator itu mengapit sebuah tangga marmer. Hmm, mungkin tangga itu dikhususkan bagi penumpang yang akan turun dari lantai atas, menurutku. Kesimpulan itu kudapati setelah melihat tidak ada eskalator untuk turun.

Dua kali sudah kami menaiki eskalator. Peron tersebut ada di lantai tiga rupanya. Kami menuju lantai aspal dengan garis putih putus-putus, tempat menanti kereta yang kan membawa serta penumpangnya.

Usai menanti beberapa lama karena kereta terlambat, maka temanku itu naik. Hmm, ingin aku masuk dan melihat ke dalam kereta eksekutif, tapi aku takut kereta itu berjalan sehingga aku ikut terbawa. Hehe, kekhawatiran berlebihan mungkin. Akhirnya kami berpisah di depan gerbong 5 sang ular besi.

Aku berjalan menuju pintu keluar. Sejenak aku berhenti di lantai 2. Melihat kembali lobi stasiun Gambir. Sesuatu mengusikku. Bentuk bundar itu. Ya, bentuk bundar yang juga tampak saat aku mengunjungi hotel Ritz Carlton. Lobi itu mengingatkanku pada...ah! sudahlah.

Tapi, kalau diamati, memang desainnya banyak yang mirip. Letak eskalatornya, tanaman di tengah lobinya, dan...pilarnya. Apakah memang semua lobi didesain begini? Entah. Aku baru beberapa kali ke tempat mewah, hehe.

Aku keluar melalui sebuah pintu, menuju shelter busway Harmoni, menuju Pameran Komputer.

2 komentar: