Kamis, 29 Juli 2010

[catatan perjalanan] Wisata Baca ke Perpustakaan Nasional

Sudah agak siang kala saya dan teman saya ke perempatan matraman, berbelok ke jl. Salemba. Sebuah komplek perkantoran kami masuki. Tulisan Perpustakaan Nasional menjadi penyambut kami. Belum lagi layar elektronik dengan tulisan bergerak (apa ya namanya?). Isinya berupa ajakan membaca dengan gaya bahasa prokem. Kaget juga saya. Dulu pertama ke sini sepertinya belum ada papan itu. Sekarang, di lembaga pemerintah, ada bahasa prokem? (nggak masalah sih...tapi aneh aja).

Kami berjalan ke 'pintu depan' gedung bertuliskan huruf besi  "PERPUSTAKAAN NASIONAL RI". Pintu kaca yang tidak megah ikut menyambut kami. Tapi, kok agak beda dengan sewaktu saya kemari, ya, beberapa tahun lalu? Kami menelusuri gang di dalam gedung. Hingga akhirnya teman sayua memutuskan untuk keluar. Akhirnya kami menyadari bahwa kami tidak memasuki pintu utama. (Aaaaa~~ kenapa tidak beda dengan pintu-pintu laiin?)

Akhirnya kami mengikuti pengunjung lain di luar gedung, mengikuti arah mereka. Alhamdulillah kami sampai juga di depan pintu utama. Kami masuk, dan...TARAAAAA. terpampang relief terkait perpustakaan. Saya jadi ingat dengan relief perpustakaan propinsi Riau.

Bedanya, di perpustakaan Riau reliefnya menggambarkan gedung perpustakaan itu sendiri, sedangkan di perpusnas ini reliefnya menggambarkan sesuatu. Saya terpaku dengan relief di bagian atas. sangat atas. paling atas. MATAHARI! Ya, cahaya. Entah kenapa pikiran saya mengangan lagi ke kisah lucifer.

Teman saya mengajak saya menuju meja di dekat pintu utama, tempat menerima tamu. Dua buku besar menjadi 'santapan' kami. Sebuah pulpen tinta hitam kami isi. Dua penjaga usia 30-an menatap kami. Juga pak satpam. Agak risih dipandangi seperti itu. Tapi, cuek saja, toh kami tidak akan mengebom tempat ini. Hahaha!

"Mbak, boleh lihat kartu anggotanya?" tanya salah satu ibu itu. Kami saling berpandangan.

"Nggak ada, Bu. Kita bukan anggota," jawabku.

"Mbak, silakan bikin kartu anggota dulu. Atau kalau mau yang sementara juga ada. Silakan di sana," ujar bu penjaga. Haiaaah. Ya sudahlah, menurut saja. Dan pengunjung lain yang antri ikut menghela napas, kecewa. Kami menuju sebuah ruangan. Melewati relief 'seram' itu lagi, kemudian melewati 'kios buku'. Juga etalase-etalase di depan relief. Akhirnya kami menemukan ruang berjudul (?) KEANGGOTAAN.

Ruang sempit itu terisi 1 set komputer dan seorang petugas. Di sekitarnya adalah tumpukan kertas. Mungkin formulir, ya?

"Permisi, Pak. Mau minta kartu sementara," ujar saya. Akhirnya saya ditunjukkan tumpukan kertas hijau muda. Kecil, seukuran form pembayaran di kampus, hehe. Kami segera mengisi kartu itu, kemudian ke tempat ibu penjaga tadi. membaca salah satu peraturannya, saya meminjam kunci loker.

Lemari besar setinggi 2,5 meter kira-kira, menjadi wujud loker. Berkali-kali memutar kunci, tetap gagal. Saya kelelahan mencoba, dan teman saya menggantikan saya memutar kunci. Hingga tiba saatnya kami menyerah dan tidak mengunci loker tersebut. kemudian kami menuju lantai atas menggunakan lift.

Ada yang unik. ketika kami masuk, karpet elevator/lift itu bertuliskan 'kamis'. oh, mungkin tiap hari diganti sesuai hari. Begitu pikir saya, xixixi. Setelah menekan tombol angka 3, kami diam hingga akhirnya pintu elevator membuka.

Keluar elevator, kami disuguhi sofa 1 set. Hmm, bukan waktunya duduk. Berbelok dan menemukan pintu kecil. Standing banner bertuliskan Lantai 3B (kita sebut 3B ya, saya lupa 3B atau 3C) sejenak mengajak saya untuk ragu. Tadi di elevator tidak tertulis lantai 3B. Tapi teman saya masuk begitu saja. Akhirnya sebuah ruang penuh meja dan kursi menjadi pemandangan kami. Teman saya mengambil posisi untuk menggunakan laptop saya. Saya? mengamati ruangan 3B.

Banyak sekali tulisan-tulisan berisi keterangan. Salah satu yang menarik adalah 'selain petugas dilarang masuk'. Ketika saya lihat ternyata di dalam ruang khusus petugas itu ada bermacam rak buku. Hmm, jadi bagaimana saya hrus meminjam buku?

Saya hampiri ibu penjaga yang berjilbab. Usianya seperti 40tahun.

"Bu, kalau saya mau baca buku bagaimana?" tanya saya.

Wo-ow! Saya harus mengisi formulir berisi permintaan untuk sebuah buku. Dan, formulir itu bisa didapat di lantai 2. Bagaimana kita tahu buku yang dicari? Silakan menggunakan komputer yang tersedia di tiap lantai. Gunakan fasilitas OPAC untuk mendapatkan informasi buku yang kita cari. Oooo, ini sistem akses tertutup, tho. Ketika saya tanya teman saya di Pekanbaru, beliau bilang di sana sistemnya akses terbuka. Wah, itu sih asik. kalau begini kan jadi nggak bebas mau pilih-pilih buku.

Akhirnya saya menuju lantai dua, mengambil dua lembar form permintaan buku. Saya isi, kemudian saya serahkan pada ibu penjaga di lantai 3. Ketika sebuah buku kecil karya H.B Jassin sudah di tangan, saya tersenyum kecut--seraya menatap buku itu-- sambil berjalan menuju teman saya yang duduk.

Usai mengutip beberapa tulisan yang cocok, kami beranjak dari ruang 3B itu. Mencari mushola untuk sholat. Kembali saya lewati relief itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar