Senin, 09 Agustus 2010

Ayuhai Lelaki, Majulah!

Judul di atas 'serem' kan? Hehehe, judul tersebut muncul di pikiran saya saat tadi saya naik bus. Apa!? Bus? Yeah, inspirasi bisa datang dari mana saja, bukan? Dan kali ini, saya akan menuliskan sedikit hasil diskusi saya dan rekan saya.

Berawal dari diskusi tenang karakter masing-masing. Saya jadi ingin berdendang (melalui tulisan) sejenak:

Berbahagialah manusia
yang tlah menemukan fitrahnya
untuk membentuk keluarga yang sakinah
menikahlah engkau segera
bila saatnya telah tiba
jangan carikan alasan untuk menunda


aneh ya? kalau di catatan sebelumnya yang berjudul "Torehan untuk Lelaki: Siap atau Ingin Nikah?" saya mengajak para lelaki mematangkan dirinya, di catatan ini saya akan mengajak lelaki untuk maju. Ya, maju. Mengajukan diri pada perempuan yang diminatinya.

Masih bingung?

Baiklah. Saya hanya ingin mencari titik terang, sebuah cara yang menurut saya solusi, dari masalah yang ada di sekitar saya. Mungkin juga di sekitar Anda.

Panjang juga pengantarnya. Bosan ya? Hehe, maaf, deh. Oke, saya ini termasuk orang beruntung karena mengenal perempuan-perempuan hebat dalam hidup saya. Sebagian besar adalah perempuan sholehah, cerdas, cantik, baik, ramah, bisa masak, dan dewasa. Siap dinikahi. Dan, sebagian besar juga diminati banyak lelaki. Waow! Saya beruntung, kan, punya teman seperti mereka?

Tapi apa? Apakah mereka lantas sering didatangi lelaki serius? Jawabannya tidak. Lho, kenapa? Padahal mereka nyaris sempurna untuk menjalani perannya sebagai muslimah. Mereka saya nilai mampu menjadi ibu yang baik kelak.

Setelah berdiskusi dengan beberapa teman, saya mendapati satu hal: para lelaki tidak berani maju bukan selalu karena mereka pengecut. Yap. Saya juga tidak bisa menyalahkan ketika lelaki tidak ada yang berani maju pada teman-teman saya itu.

Lantas, apa sebab? Hmm, se'sok tahu' saya, seorang laki-laki akan merasakan apa yang terjadi pada sesama lelaki. Bila ia meminati seorang perempuan dan ternyata banyak juga lelaki lain yang tingkahnya terlihat meminati perempuan itu, hal itu akan membuatnya maju mundur. Minder? Mungkin. Ragu? Bisa jadi. ragu sama minder apa bedanya ya? :D Itu yang saya baca, ya.

Kok minder? Ya, saya sendiri waktu kecil juga mengalami hal itu, ketika saya ingin bermain dengan salah satu teman perempuan saya, ternyata banyak yang mengerumuninya, akhirnya saya menyingkir, mundur. Saya minder. Nah, saya yang masih kecil saja sudah bisa minder, apalagi lelaki dewasa?

Itu kekanakan, ah, May. Hmm, jangan menjustifikasi begitu. Bisa saja itu terjadi dan bukan karena kekanakan. Selain minder dan ragu, ada faktor lain yang sampai sekarang tidak bisa saya ungkapkan melalui kata-kata. Ada yang bisa membantu saya?

Jadi, untuk para lelaki yang memang meminati seorang perempuan dengan serius, buanglah malumu. Majulah, soal ditolak atau diterima itu urusan belakang (dengan catatan, akhwat itu sudah siap nikah), setidaknya kau sudah berusaha melalui jalan yang baik untuk menggenapkan dienmu. iya, kan?

Bidadari tlah menyentuh hati
Teguhkan nurani
Bidadari tlah menyapa jiwa
Memberikan makna


*lirik nasyid epicentrum dan ar-royyan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar