Sabtu, 18 September 2010

Ini Tentang Persatuan, Tentang Cara Memperoleh Pertolongan, Cara Memperoleh Kemenangan

Judul yang terlalu panjang, eh? Mungkin, bisa jadi. Tapi saya suka dengan judul itu. Entah kenapa, pintu hati saya terketuk dengan renungan Radio Dakta malam ini. Ustadz Anwar Anshori seperti biasa mengungkapkan apa yang harus kita renungkan.

Terlambat mungkin bila saya tuliskan kini. Tapi, saya hanya ingin mengungkap apa yang saya dapati, saya temukan. Kali ini karena sentakan itu datang dari surat favorit saya: Al-Anfaal. Kita langsung saja, ya.

Yas aluunaka 'anil anfaal. Kulil anfaalulillahi warrasuul. fattaqullaha wa aslihu dzaata bainikum wa athii'ullaha warrasulahu in kuntum mu'miniin
"Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul , oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman." (al-anfaal: 1) *maaf kalau transliterasinya salah, saya sedikit lupa ayat 1 itu (hah, malunya saya ayat 1 saja sudah berputusan ingatnya)

Banyak tafsiran akan ayat pertama ini. Tapi saya tidak akan membahas yang banyak itu. Saya hanya ingin menceritakan kembali apa yang disampaikan ustadz Anwar. Sebuah tafsiran yang saya sendiri tidak begitu menyangka akan terkait dengan kisah akhir-akhir ini.

Yap. Dalam ayat pembuka itu, muslimin malah sibuk membicarakan bagaimana membagi harta rampasan perang. Hingga akhirnya datanglah teguran itu: tentang memperbaiki hubungan sesama muslim. Dan saya menyimpulkan sendiri alasan teguran itu. Kenapa harus 'memperbaiki hubungan'?

Saya berpikir bahwa harta, terutama harta rampasan perang adalah suatu hal menggiurkan pada masa itu. Maka, sangat wajar bila orang-orang yang lelah berperang merasa pantas mendapat bagiannya. Oke, kita tidak menafikan bahwa mereka generasi perdana, generasi terbaik. Tapi manusiawi juga, kan, kalau mereka inginkan hadiah atas perjuangan mereka? Wajar. Dan untuk mendapat bagian yang menurut mereka sesuai, tentu akan menyingkirkan perasaan rekannya. of course, tentu, akan muncul perasaan 'biar saya yang memiliki ini. Sesuai dengan lelah saya'. Tanpa disadari, maka ikatan sesama merenggang akibat keinginan terhadap harta.

Maka, sudah layak bila teguran di Al-Anfaal itu terkait persatuan.

Kemudian renungan berlanjut. Terkait persatuan. Ya, persatuan ummat. Lihatlah insiden Ciketing. Begitu banyak yang menceritakan kisah sebenarnya, begitu mudah berita asli ditemukan, terutama di dunia maya. Tapi, apa yang terjadi di masyarakat?

Tak perlu ditanya lagi. Saya tidak bisa menyebut engka, tapi umat Islam terbagi dua kubu. Antara pendukung HKBP dan pendukung umat Islam. Hmm, sudah terlihat kemiripannya? Yap. Perpecahan. Dan ayat pertama Al-Anfaal mengingatkan tentang persatuan umat.

Saya hanya mengajak teman-teman merenungi Al-Anfaal, terutama ayat pertama, dalam menyikapi berbagai hal, seumpama insiden Ciketing ini. Ini bukan ajakan pembencian terhadap agama lain, terhadap orang lain, atau terhadap pihak yang tidak membela pihak muslim di Bekasi. Ini tentang persatuan, ini tentang cara memperoleh pertolongan Allah swt. Dan ini tentang cara memperoleh kemenangan. Jelas, bukan, dalam ayat satu disebutkan hal itu? Bahwa kemenangan dan pertolongan dariNya hanya bisa diperoleh bila muslim bersatu.

Dan kini, saya hanya mampu berkata, "Ini tentang persatuan, kawan."
yang benar terkadang tampak salah
yang salah tidak tersadar
ke mana lagi aku harus bersandar

Ya Allah Ya Rabbi, ampuni dosa kami

*lirik nasyid pengiring tulisan ini
nb: maaf saya terlalu lancang menafsirkan ayat-ayatNya 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar