Di daun yang ikut mengalir lembut
Terbawa sungai ke ujung mata
Dan aku mulai takut terbawa cinta
Menghirup rindu yang sesakkan dada
Tiba-tiba lantunan tembang lawas hadir, terngiang di dendrit-dendrit, menyambung. Dan memori itu munculkan lirik lagu. Sebuah lagu santai dengan nada ringan.
Tapi, memori itu masih acak. Seacak kata yang terucap lewat mulut saat melagukannya. Meski acak, sebuah senyum tergaris. Tiap-tiap syaraf masih mencari lirik yang pas untuk diucap.
Jalanku hampa dan kusentuh dia
Terasa hangat oh didalam hati
Kupegang erat dan kuhalangi waktu
Tak urung jua kulihatnya pergi
Kini denting gitar seakan terdengar. Mirip dengan aslinya. Ya, memori dalam otak tidak mampu mengingatnya persis sama dengan aslinya. Hanya sekelebat saja. Usai denting-denting, sebuah suara masuk. Menyanyikan lirik berikutnya.
Tak pernah kuragu dan slalu kuingat
Kerlingan matamu dan sentuhan hangat
Ku saat itu takut mencari makna
Tumbuhkan rasa yang sesakkan dada
Kembali senyum menghiasi. Teracak kata dengan lirik awal sehingga tidak ingat begitu banyak dan begitu tepat. Hanya rasa suka yang membuat mulut terus bertahan untuk mendendang.
Kau datang dan pergi oh begitu saja
Semua kutrima apa adanya
Mata terpejam dan hati menggumam
Di ruang rindu kita bertemu
Berkelebat bayang sebuah gambar. Ya, sebuah film yang dulu memiliki lagu pembuka (soundtrack) seperti ini. Kemudian jemari bergerak, mengetikkan “Ruang Rindu Letto” di kotak pencarian. Menunggu dalam detikan waktu, tulisan-tulisan berisi rekaman kata, menjadi lirik yang tersimpan rapi.
ehem2...
BalasHapus:p
heuheuheu
BalasHapus