Kamis, 30 September 2010

Perbedaan yang Bermuara pada Satu [torehan untuk Gaza]

Malam ini saya membaca sebuah blog, sebuah tulisan yang akan saya kutip


Di atas M/S Mavi Marmara, di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza.

Sudah lebih dari 24 jam berlalu sejak kapal ini berhenti bergerak karena sejumlah alasan, terutama menanti datangnya sebuah lagi kapal dari Irlandia dan datangnya sejumlah anggota parlemen beberapa negara Eropa yang akan ikut dalam kafilah Freedom Flotilla menuju Gaza. Kami masih menanti, masih tidak pasti, sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran.

Ada banyak cara untuk melewatkan waktu – banyak di antara kami yang membaca Al-Quran, berzikir atau membaca. Ada yang sibuk mengadakan halaqah. Beyza Akturk dari Turki mengadakan kelas kursus bahasa Arab untuk peserta Muslimah Turki. Senan Mohammed dari Kuwait mengundang seorang ahli hadist, Dr Usama Al-Kandari, untuk memberikan kelas Hadits Arbain an-Nawawiyah secara singkat dan berjanji bahwa para peserta akan mendapat sertifikat.

Wartawan sibuk sendiri, para aktivis – terutama veteran perjalanan-perjalanan ke Gaza sebelumnya – mondar-mandir; ada yang petantang-petenteng memasuki ruang media sambil menyatakan bahwa dia “tangan kanan” seorang politisi Inggris yang pernah menjadi motor salah satu konvoi ke Gaza.

Activism

Ada begitu banyak activism, heroism…Bahkan ada seorang peserta kafilah yangmengenakan T-Shirt yang di bagian dadanya bertuliskan “Heroes of Islam” alias “Para Pahlawan Islam.” Di sinilah terasa sungguh betapa pentingnya menjaga integritas niat agar selalu lurus karena Allah Ta’ala.

Yang wartawan sering merasa hebat dan powerful karena mendapat perlakuan khusus berupa akses komunikasi dengan dunia luar sementara para peserta lain tidak. Yang berposisi penting di negeri asal, misalnya anggota parlemen atau pengusaha, mungkin merasa diri penting karena sumbangan material yang besar terhadap Gaza.

Kalau dibiarkan riya’ akan menyelusup, na’udzubillahi min dzaalik, dan semua kerja keras ini bukan saja akan kehilangan makna bagaikan buih air laut yang terhempas ke pantai, tapi bahkan menjadi lebih hina karena menjadi sumber amarah Allah Ta’ala.


sumbernya ada pada tautan saya di Facebook

kemudian saya beralih pada status rekan-rekan yang saya yakin sangat sayang pada Gaza, Palestina, terutama pada ISLAM yang jelas nampak, harga dirinya terinjak. Saya yakin, tak ada yang rela melihat ceceran darah manusia sedikitpun di depan matanya--meski di tivi-- apalagi genangan darah.

Saya membaca ratusan status FB yang isinya menghujat yahudian itu. ya, memang sangat layak mereka dihujat, terutama atas apa yang sudah mereka perbuat. sangat layak. ada kutipan seseorang yang saya pelajari malam ini: dalam ilmu diplomatik dan pergaulan internasional, 'kutukan' adalah bentuk protes dan tekanan politik yg paling keras. Jadi bukan tanpa alasan keluar berbagai macam jenis kutukan itu ketika terjadi bencana kemanusiaan. Dan tidak ada hubungannya pula dg kutukan yg sdh Alloh jatuhkan pada mereka

hanya saja, ada yang mengganjal di hati ini. entah apa.


dan malam ini saya temukan satu jawaban dari adik saya yang menulis 'nggak usah dikutuk, lha wong mereka udah terkutuk'

kalimat yang mulai menyejukkan saya. dan saya tambahkan dalam status saya. mungkin karena pada dasarnya saya ini berhati lembut, rapuh, maka sangat tidak suka melihat kekasaran, meski itu dilandasi kebenaran.

Anda tahu, saat saya menulis kalimat di atas, sebuah ayat memaksa masuk ke dalam ingatan saya, yang intinya, "Allah memerintahkanmu untuk melakukan sesuatu padahal bisa jadi kamu membencinya."

Saya mengerti, mungkin ini pelajaran dariNya. tapi saya sempat berpikir 'beda', bahwa kekasaran dan kebiadaban yahudian itu bisa kita balas dengan: penyebaran keindahan Islam. ya, kan? tidak salah kan saya berpikir begitu?

Saya juga sempat berpikir: tidak salah, May, tapi momennya nggak tepat.

Entahlah, saya sendiri menyetujui kedua sikap itu: menghujat dan menyebarkan keindahan Islam. Saya hanya mengajak untuk memandang sebuah peristiwa dari sisi yang beda.

Dan untuk menyetujui, tidak harus selalu melaksanakannya kan?

*Durentiga, ujung Mei 2010


Tulisan ini diikut sertakan dalam Writing Contest Pesta Blogger 2010. Keep writing blogger...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar