Satuwanita.com Orangtua mana yang tidak resah saat anak yang dicintainya masih belum bisa bicara hingga usia tertentu. Dan memang kalangan kedokteran pun menganggap anak yang belum bisa bicara pada umur-umur tertentu, harus ditangani serius. Jangan dianggap normal atau biasa saja sampai memang benar-benar terbukti tidak ada kelainan. Jangan terpengaruh ucapan-ucapan dari teman atau tetangga, saudara bahkan para profesional yang harus membuat Anda tabah menunggu sampai akhir. Juga jangan percaya terhadap mitos-mitos seperti berikut. "Dia kan anak laki, ya ngomongnya lebih lambat." Atau mitos trias perkembangan antara bicara-jalan-gigi. "Dia kan sedang belajar jalan dan tumbuh-gigi duluan, jadi bicaranya belakangan." Pada usia 1 tahun seharusnya anak sudah bisa mengucapkan 4-6 kata. Di luar kata mama, papa. Kemudian semakin hari semakin bertambah secara konstan sehingga pada usia 2 tahun, perbendaharaan kata sekitar 50 kata dan sudah dapat merangkai 2 kata. Banyak penyebab anak belum bisa bicara. Namun sebelumnya harus dibedakan dulu apakah belum atau terlambat bicara karena sebab autisme atau sebab lainnya. Karena pada autisme umumnya terdapat gangguan pada fungsi reseptif, kognitif, maupun ekspresifnya. Sedangkan pada kelainan bukan autisme, umumnya hanya salah satu dari ketiga hal tersebut. Untuk mengetahui kemungkinan anak autisme atau tidak pada usia 18 bulan, mohon dibaca mengenai CHAT (Checklist for Autism in Toddler). Sedang untuk gejala-gejala autisme dapat membaca buku gejala-gejala autisme yang banyak beredar di pasaran. Yang paling penting, saat ini orangtua harus segera mencari pertolongan /konsultasi dengan profesional yang memang mengerti mengenai masalah ini. Karena intervensi dini akan menentukan prognosisnya, yaitu semakin dini ditangani maka hasilnya akan semakin baik. Bapak & Ibu harus menyiapkan data atau keterangan yang perlu diberikan kepada profesional. Yaitu sejak masa sebelum kehamilan, masa hamil, saat melahirkan, masa bayi dan pertumbuhan serta perkembangan anak. Data masa sebelum hamil misalnya harus diperhatikan secara seksama. Tentunya berikut riwayat kelahiran, apakah sering keguguran, pemakaian obat-obat (penyubur, narkoba, alkohol, jamu, dll), penyakit kronis, tidak direncanakan hamil. Data masa kehamilan misalnya usaha menggugurkan, perdarahan, kontraksi, trauma fisik, trauma psikis, sakit, penyakit, obat-obat (penguat rahim, narkoba, alkohol, jamu, peluntur, dll). Data kelahiran misalnya, cukup/kurang/lebih bulan, cara kelahiran (spontan, operasi, vakum, tang, sungsang, brojol, dll). Proses kelahiran di mana, ditolong siapa, berat lahir, panjang lahir, lingkar kepala, nilai Apgar,pertolongan/bantuan yang diberikan kepada anak (obat-obat, inkubator, mesin pernafasan, dll). Juga soal kelainan/cacat, riwayat kuning serta penanganannya. Data masa bayi misalnya, riwayat pertumbuhan dan perkembangan, penyakit-penyakit, vaksinasi, pernah kejang, pernah terbentur kepalanya, pernah dirawat karena sesuatu hal. Hal yang cukup sederhana yang dapat dilakukan sementara ini adalah dengan melakukan tes pendengaran anak.
sumber: satuwanita.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar