Pagi sudah beranjak, mempersilakan siang menempati posisinya mengisi hari. Sebuah ruang berukuran sedang terisi oleh 4 orang, lelaki dan perempuan, untuk sebuah kegiatan. Di pojok ruangan, meja dan kursi 1 set menjadi penghias. Tikar menjadi alas duduk kami. Saya dan 3 teman saya. Salah seorang di antara kami menjadi instruktur kegiatan dan memberi perintah. Sambil menunggu perintah, kami mengamati benda-benda--yang kami yakini akan dipakai--di atas tikar. Gelas plastik, botol plastik, seperangkat alat tulis dalam wadah khusus. Oh iya, beberapa lembar kertas juga ada.
Akhirnya kegiatan pun dimulai. Pertama, kami diminta instruktur untuk menuliskan kekurangan dan kelebihan kami. Hingga 20 menit kemudian, masing-masing kami tak mampu menuliskan lebih dari 10 kelebihan dan kekurangan masing-masing kami. Hingga akhirnya satu per satu peserta menyebutkan apa yang ditulisnya. Hmm, sepertinya ini ajang curhat. Tapi tak apa, sang instruktur jadi tahu bagaimana harus menjawab permasalahn kami.
Setelah itu, kami diminta mengambil 1 gelas plastik, 1 botol plastik, dan alat tulis berapapun semau kami. Dan saya mengambil sebuah spidol kecil sebagai tambahan. Ada teman yang mengambil beberapa spidol, ada yang mengambil dua spidol, bahkan ada yang mengambil selotip sebagai tambahannya.
"Teman-teman," begitu kata instruktur kami,"Anggaplah gelas itu kelemahan kita tadi, dan botol itu adalah potensi diri atau kelebihan yang teman-teman miliki."
Tak ada yang tidak memandangi benda-benda yang kami pegang. Termasuk saya, ikut memandangi gelas, botol hijau, dan spidol kecil berwarna jingga.
"Sekarang," ujar instruktur lagi,"Silakan teman-teman susun semua benda yang teman-teman pegang di atas mobil kecil ini. Susunan setinggi mungkin dan bisa diamati dari jarak jauh."
Botol plastik, gelas plastik, spidol, selotip, mobil-mobilan? Kami semua memandangi sejenak kemudian beranjak mendekati mobil. Mengikuti 1 perintah dari 1 anggota saja agar tak terlalu ribut. satu, sua, tiga botol plastik tersusun beserta gelas plastik dan spidol berwarna. Tapi kami kesulitan memasang botol terakhir. Kami menoleh pada instruktur. beliau memberi senyuman dukungan bahwa kami harus berusaha memahami perintahnya.
Berkali kami mencoba, berkali pula jatuh susunan itu hingga berantakan. Mencoba berbagai pola dengan hasil yang sama: berantakan. Hingga akhirnya kami diberi waktu dan bahkan sampai waktu habis, kami masih belum mampu menyusun setinggi mungkin seperti perintah.
"Ada yang bisa menyimpulkan permainan kita kali ini?" tanya instruktur. Satu per satu kami berkesempatan menjawab.
"Dalam pembimbingan anak, kita juga harus memahami kebituhan anak dan menyesuaikan pada masa tumbuh kembang anak. Kita tidak bisa memaksakan kemampuan anak agar sesuai target pada umumnya karena tiap anak beda....dan harus disesuaikan dengan tahapan tumbuh kembang sang anak," jawab seorang teman berkemeja.
"Kerja tim dibutuhkan, juga konsentrasi untuk mencapai target yang sudah ditentukan."
Dua orang sudah menjawab. Dan jawaban satu orang lagi saya lupa. Hanya jawaban terakhir saya ingat.
"Saya melihat bahwa gelas plastik itu kelemahan, dan botol itu potensi. Jadi, bersama teman-teman, kita bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan kelemahan yang ada pada diri kita bila itu menghambat kinerja dalam segala lini kehidupan. Terlihat dari susunan botol yang mengisi ruang kosong dalam gelas ini."
Apa kata instruktur?
"Ya. teman-teman tidak ada yang salah menginterpretasikan games ini. Tapi kalau boleh menambahkan, ini tentang kemampuan estimasi: kemampuan memperkirakan. Sejauh mana kita melihat potensi diri kita, sejauh mana kita menyadari kapasitas diri kita, untuk menyelesaikan sebuah tugas atau amanah. Tak perlu ambisius dalam mencoba, dan jangan terlalu percaya diri sampai-sampai jadi nggak tahu diri. udah tahu kemampuannya segitu, dan mustahil menyelesaikan, maksa aja berusaha."
Iya, kita memang harus berusaha. Tapi, kita juga harus mengerti batasan kemampuan kita. Itu inti platihan kali ini yang saya tangkap.
CMIIW ^.^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar