Sabtu, 09 April 2011

[memori may-dian] Pertemuan Pertama

Memandang layar datar ini, aku teringat sebuah pertemuan. Pertemuan berkesan di antara sekian kesan pertemuan. Dia, lelaki yang bisa membuat orangtuaku berkata ‘ya’ atas rencana kami.

Malam itu aku mengadakan janji temu dengan seorang lelaki yang kutaksir usianya minimal 2 tahun di atasku. Selama ini kami belum pernah bertemu muka. Tentu saja karena beliau beda kota denganku. Yang mempertemukan kami hanya hobi terhadap anime Jepang. Beliau benar-benar penuh kejutan. Siapa sangka lelaki lulusan teknik ini menggandrungi Sailormoon—yang notabene disukai perempuan—sejak kecil? Tapi karena hal itulah kami bertemu. Beliau hendak memberikan DVD Sailormoon lengkap padaku. Hebat, sebegitunya, pikirku. Aku yang suka Naruto saja tidak sampai mengoleksi seluruh DVDnya.

Ketika kami berempat—aku dan temanku, beliau dan temannya—bertemu, lagi-lagi ada kejutan. Tasnya ituuuu benar-benar membuatku sweatdrop. Tas yang tren di kalangan ABG perempuan. Tas punggung dengan motif polkadot. Sangat identik dengan perempuan, bukan? Sedangkan aku memakai tas punggung yang err...maskulin sekali. Runtuh semua bayanganku tentang lelaki dewasa nan bertampang pekerja. Beliau malah lebih mirip ABG labil yang mejeng di keramaian.

Kami makan malam di sebuah tempat dan sedikit berbincang tentang hal-hal umum agar kedua teman kami juga bisa ikut bicara.

Saat yang kutunggu tiba, beliau memberi DVD Sailormoon. Eh? Beneran? Kuterima DVD-DVD itu dari tangannya.

“Ada lagi,” ujarnya. Surprise!! Dolphin pink yang pernah dibicarakannya ikut dibawa.  Dan itu untukku. WHAT!? Aku? Aku yang lebih berminat dengan mobil-mobilan malah mendapatkan boneka? Tapi kuterima juga boneka itu, boneka kedua setelah pemberian dari mama.

“So sweet, manis banget,”sahut temanku. Aku hanya bisa mengucap terima kasih sambil berpikir tak percaya (ingat: saat itu aku tak menggaruk kepalaku). Kukira keterkejutanku sudah selesai. Ternyata tidak.

“Ini, sekalian. Kemarin beli di Gramedia,” katanya (kalau tidak salah). Sebuah buku berjudul “Taman-Taman Cinta Rasulullah”. Sungguh tega orang ini, memberiku buku yang sulit kucerna dengan organ perutku. Lagi-lagi ucapan terima kasih yang bisa kusampaikan. Heran, padahal dia tahu aku lebih suka buku-buku santai dan bergaya bahasa seperti Salim A. Fillah, tapi kenapa dia malah memberi buku terjemahan—yang notabene sangat kuhindari karena bahasanya yang berat—dari Arab pula? Bersyukurlah, May. Begitu pikirku. Dan saat itu tak ada pikiran apapun melintas.

“Sebenarnya mas kelahiran tahun berapa, sih? Kok gayanya kayak masih SMA?”

“1988.”

CUKUP! Aku bisa pingsan dengan semua kejutan ini. Jadi, wajar juga, dunk, kalau beliau suka Sailormoon?

“Saya kira May masih berumur 19,”lanjutnya. Kontan teman-teman tertawa. Kecuali aku. Benar-benar parah kondisiku saat itu. Habis sudah harapanku bertemu mas-mas yang usianya lebih tua, dewasa. *tapi beliau tetap dewasa, kok, ternyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar