Sabtu, 30 April 2011

Suku Calon Pasangan

Sore ini lagi-lagi saya diskusi singkat dengan Bapak. Kali ini terkait suku pasangan.

"Pak, waktu nerima Mas Dian, itu karena suku bukan?" tanya saya sambil nyengir.

"Ya nggak. Masa karena suku?"

"Terus?"

"Karena orangnya. Orangnya baik, ya udah..." jawab Bapak agak tersendat. Xixixi, saya menangkap pelajaran psikologi: lelaki tidak selalu butuh alasan untuk sebuah keputusan.

"Jadi suku nggak pengaruh, nih?" tanya saya lagi, memastikan.

"Nggak. Kalau sukunya sama-sama kita, Jawa, tapi kelakuan orangnya nggak baik....yaa Bapak nggak mau," jawab Bapak.

Hmm, jadi ingat seorang teman yang tahun-tahun lalu bercerita pada saya bahwa ia tak mau menikah dengan orang suku tertentu. Ktika saya tanya alasannya, ia hanya mengungkapkan pikirannya.

"Meski nggak semuanya begitu, tapi kan keluarganya mau nggak mau masih berpikiran gitu May."

"Kok tahu?"

"Udah ngenal beberapa keluarga," jawabnya.

Yeah, masalah suku memang bukan hal yang syar'i sebagai rukun nikah atau syarat nikah dalam Islam (dalam agama lain mungkin termasuk). Tapi masalah suku juga nggak bisa dikesampingkan begitu saja karena hal ini terkait kehidupan sosial...hmm, atau hidup bersosialisasi kelak setelah menikah.

Ada suku yang dihindari karena adat seserahannya yang menyulitkan. Ada suku yang dihindari karena dikenal wataknya keras. Ada suku yang dihindari karena dikenal pelit. Ada juga suku yang dihindari karena dikenal cuek. Padahal itu kan cuma sukunya, bukan orangnya. Saya lupa peribahasanya, tapi intinya, sebagian besar tidak menggambarkan semua bagian itu sama.

Jadi, apakah wajar kalau ada yang inginkan suku tertentu atau malah menghindari suku tertentu dalam kriteria calon pasangan hidupnya? menurut saya wajar saja. Tapi itu bukan masalah utama. karena Bapak saya bicara sendiri, bahwa suku tidak begitu penting, tapi kelakuan orangnya.

Jadi, kawan, jangan bersedih bila kalian orang dari suku tertentu yang dihindari, karena jodoh tidak ditentukan dari suku. Jodoh ditentukan oleh Allah bukan? ^.^

2 komentar:

  1. Numpang lewat mba, ceritanya sy sdg kontrol web/blog para agen online, hehe..

    Tulisannya cukup menarik. Beda kyk ibuku, "Jgn nikah sama org sunda, sumatera atau sulawesi. Lebih baik Jawa aja.." tweng.. tweng.. :D
    [btw, sy darah Banjar-jawa]

    tapi yg bikin dilema bukan itu, tapi menjadi org marketing Pro-u yg banyak mengeluarkan buku2 provokasi nikah, padahal sy blum nikah, wkwkwk....

    Selamat berbisnis aja mba, semoga pengalaman menikahnya bisa mnjadi bahan promosi utk menjual buku2 Pro-u..

    main-main ke blog sy jg ya :D
    ridwanhidayat.com

    BalasHapus
  2. helaaaaaah, gy-gayaan dilema. emang belum dipertemukan aja kli, pak....

    semoga lekas dipertemukan ^.^

    blog toko saya ada lagi kok, tuh di bagian atas blog ini ^.^

    BalasHapus