Jumat, 19 Agustus 2011

Tentang Cinta Seorang Suami #2

tu hi to jannat meri, tu hi mera junun
tu hi to mannat meri, tu hi ruh ka sukun
tu hi ankhiyo ki thandak, tu hi dil ki hai dastak
aur kuchh na janu main, bas itna hi jaanu [tujh mein rab dikh ta hai]

Mungkin sebagian teman heran, kenapa saya jadi suka film india? jawabannya: karena belum ada film barat yang mengalahkan Lord of The Rings dalam hal tema dan pesan. Ehem, sebenarnya di semua bidang. Jadi, saya ambil saja contoh dari film-film yang akting serta pesannya 'berasa' selain LOTR, tak lain film-film india. Kali ini, film santai sejenis komedi romantis akan saya ulas.



Surinder Sahni adalah seorang pegawai pemerintah, sejenis PLN kalau di Indonesia. Suatu hari tanpa disangka dinikahkan dengan putri dosennya semasa kuliah: Taani. Pernikahan itu pun dimulai tanpa cinta, tidak seperti film-film india lainnya. Setidaknya itu menurut Taani bahwa ia menikah tanpa cinta. Bagi Surinder, ia jatuh cinta pada pandangan pertama (kalau ini sih india banget). Taani yang masih sedih karena harus kehilangan calon suaminya di hari pernikahan sebelum akhirnya menikah dengan Surinder, hanya bisa diam ketika sampai di rumah kakek Surinder. Merasa Taani belum siap menjadi istri (meski sudah menikah), Surinder memilih untuk pisah kamar.

Ada scene yang terasa hangat bila ditonton. Salah satunya ketika teman-teman Surinder datang untuk melihat pengantin perempuan. Taani meski tidak mencintai Surinder tetap keluar dan mengantar hidangan pada teman kerja Surinder. Apa isi percakapan mereka yang saya katakan hangat?

"Maaf, Tuan Surinder. Saya telah begitu banyak merepotkan Anda. Sejak saat ini, saya akan menjadi istri yang baik bagi Anda. Saya akan membersihkan rumah ini, akan memasak untuk Anda, juga mencucikan baju Anda. Tapi maaf, saya tidak akan bisa mencintai Anda," ujar Taani lembut.

"Terima kasih. Tidak apa. Cukup kau menjaga harga diriku di depan teman-teman seperti tadi, itu sudah merupakan cinta yang berlimpah untukku," jawab Surinder.

Saya pribadi menangkap bahwa cinta bagi seorang lelaki ternyata adalah penjagaan atas harga diri mereka, ya? Iya, nggak? Ada yang bisa menjawab pertanyaan saya?

Kisah ini tentang Surinder yang ingin membahagiakan istrinya meski sang istri tidak mencintainya. Ketika Taani ingin belajar dansa, Surinder mengizinkan. Mungkin menurutnya itu cara ia membahagiakan Taani. Dan saya pribadi langsung teringat seseorang di pulau sulawesi yang karakternya hampir mirip dengan Surinder. Miripnya ialah, beliau bukan orang yang mampu mengungkapkan perasaannya secara langsung dan malah berbuat hal-hal yang mampu menyadarkan saya bahwa saya beruntung menjadi istrinya. Huft, thanks my husband, lelakiku.
you are my heaven, your are my passion
you are my wish, you are the peace of my soul
you are the calmness of my eyes, you are the heartbeat of my heart
i don't know anything else, i know only this [tujh mein rab dikhta hai]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar