Minggu, 25 September 2011

curhat hari ini

Hari ini isi perbincangan dengan teman saya adalah sebuah kisah bernama 'pernikahan dan perayaan'. Percakapan kami yang lumayan singkat membekaskan sesuatu dalam diri saya. Tentang kesederhanaan, kesyukuran, upaya, dan perbedaan. Yuk, kita mulai.

Saya teringat bagaimana perayaan pernikahan saya yang terkesan 'wah' dan tidak terbayangkan sebelumnya. Mungkin orang-orang yang melihat sekilas hanya bisa berkata bahwa keluarga kami mubazir, foya-foya untuk hal yang cuma sehari, pamer, riya', ujub, de el el. Tapi, saya merasakan berkah yang amat sangat dari acara tersebut. Sebuah kesyukuran di tengah realita bahwa saya hidup di tengah orang-orang kurang mampu. dan ini cara keluarga kami, khususnya Bapak dan Mama membahagiakan mereka.

Yap. Saya berharap pernikahan saya dihadiri juga oleh keluarga kurang mampu agar mereka merasakan kebahagiaan kami, setidaknya mereka puas makan dan bisa membungkus sebagian makanan untuk dibawa pulang. Tentunya sebagai persediaan makan hari berikutnya bila mereka mau. Alhamdulillah tetangga kami yang terhitung kurang mampu, mau datang setelah dibujuk-bujuk hari sebelumnya.

Apakah kami mengeluarkan banyak uang untuk itu? Tak perlu ditanya. Semua ini berkah Allah yang harus kami bagi pada sesama. Apa yang kami terima adalah bantuan dari beberapa pihak. Dan Mama yang terbiasa membagi rezekinya, melakukannya lagi kali ini, dalam pernikahan saya.

Lagi-lagi saya melihat ke belakang, mencoba menyadarkan diri bahwa kami berasal dari keluarga berkekurangan awalnya. Kurang dalam materi, pendidikan, agama. Dan kami mencoba menambal kekurangan itu dengan upaya dan doa. Kini saya merasa beruntung dilahirkan dari keluarga kurang mampu yang pejuang, sehingga saya terus memacu diri untuk berjuang. Saya beruntung tinggal di pemukiman yang kata orang agak kumuh. Saya bisa merasakan kesedihan mereka, kekurangan mereka, sehingga membuat saya senantiasa bersyukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar