Selasa, 02 Februari 2010

Usia Pernikahan, Psikologi, dan Keharmonisan

Tiga subjek untuk judul tulisan kali ini. berkaitan atau nggak ya? Hn, kini sya coba menulis sesederhana mungkin.

Malam ini, seperti malam-malam biasa, May berkumpul dengan Bapak dan Mama. tapi yang beda, malam ini mama sakit. Beliau minta May pijit kakinya. karena beliau sakit, maka May pijit sedikit otot-ototnya akan bereaksi. sakit. itu pasti

"Katanya sakit, minta dipijit. dipijit sedikit aja udah ngeluh bilang sakit," protes Bapak. Mama menggerutu dan membenamkan -?- bantal kepada bapak. Bapak hanya tertawa meledek Mama.

May hanya tertawa saja. sya kembali ke laptop, dan masih mendengar keriuhan di ruang depan. lagi-lagi adu mulut yang berupa kericuhan ala anak-anak kembali menghampiri ruang dengar May.

"ini sebenarnya gimana sih?"tanya Bapak.

"jadi, si A itu begini....-May ga inget apa yang dibahas-. eh, kok mama jadi cerita ke bapak, kayak cerita ke shofi-cucu mama dari keponakan- aja yang masih kecil."

"kan nontonnya ini, karena bapak nggak ngikutin, ya bapak tanya. kalo nggak mau ditanyain ya jangan nyetel yang ini."

"huh."

May hanya mengikik saat kedua orangtua May ricuh. lucu. kalau may ikut bersuara, pastinya keduanya akan minta pembelaan May.

Usia Pernikahan, Psikologi, dan Keharmonisan
Prolog tadi mungkin sudah cukup, ya. Usia pernikahan keduanya sudah 24 tahun. sering May baca di buku, usia nikah yang lebih dari 5 tahun pasti akan ada gonjang ganjing, bahkan perceraian. tapi alhamdulillah, Bapak dan mama sudah buktikan keduanya bertahan dengan berbagai cobaan yang mungkin menghampiri, tanpa may tahu. yep! nggak semua masalah orangtua boleh diketahui anak, bukan? dan lagi-lagi keduanya melakukan itu, menjadi contoh untuk tidak menunjukkan masalah di depan sang anak.

May pernah baca sebuah buku, juga pernah dengar di seminar. cinta terhadap pasangan akan bertahan selama 4 tahun. setelah itu, yang ada adalah sayang. ya, kadang manusia sulit bedakan cinta dan sayang. entah, mungkin Bapak dan mama termasuk bukan orang yang peduli dengan penyematan 'cinta' atau 'sayang'. yang terpenting adalah perlakuan dan perasaan dalam diri. xixi, May sok tahu nih.

Kondisi psikologi Mama dan Bapak juga agak berubah dalam usia pernikahan ke 24 ini ^^ (kalah eung artis yang kawin-cerai). lihat saja dari gaya bercanda keduanya. jadi lebih mirip anak kecil. mungkin benar kata pakar psikologi, seorang manusia bila sudah bertambah tua, akan menjadi kembali seperti kekanakannya. wajar mungkin, ya, kalau orangtua memiliki gaya canda yang tak kalah dengan ABG atau bahkan anak kecil usia 5 tahun.

Usia pernikahan yang tak sebentar, sifat, karakter, dan gaya berkeluarga yang dicontohkan Mama dan Bapak, membentuk sebuah keharmonisan. ya, 3 ruangan kecil berukuran 3 x 3,5 meter persegi jadi saksi wewarna keluarga kecil kami. sering bercanda, diskusi, menasehati, bahkan tak jarang mengkritik...sungguh...kadang membuat orang iri. May pun iri melihat keharmonisan yang keduanya ciptakan. mampukah May begitu nantinya? memberi contoh yang baik bagi anak dan tetangga?

sering terenyuh bila May simak teman-teman bercerita tentang keluarga yang tak harmoni. kedua orangtua bekerja hingga larut sampai-sampai tidak tahu apa kesukaan sang anak. tidak tahu perkembangan anak. dan May, seorang Maysaroh,bisa membuktikan bahwa kami sekeluarga tetap harmonis. meski kedua orangtua May bekerja hingga larut, meski pagi-pagi sudah meninggalkan rumah untuk bekerja. namun, kami masih menyiapkan waktu khusus untuk bersama. walaupun hanya setengah jam sebelum Bapak berangkat kerja, atau saat membantu mama bersiap berangkat kerja, kami masih mampu bercanda dan diskusi.

semoga...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar