Sabtu, 24 Juli 2010

Di Sela Masa

Sabtu. Hari sabat bagi sebagian kaum. Ah, sudahlah, kali ini kita tidak sedang membahas sabat. Saya hanya akan berkisah tentang kebaikan manusia belia di sekitar saya. Ya, tiga siswa SD yang pagi tadi telah mengajak saya tersenyum usai kericuhan bersama.

Jam menunjuk pukul sepuluh lewat ketika seorang Wahyu menghampiri saya. Kami saat itu sedang menikmati es teler penjual yang lewat.

"Mbak, ajarin gambar ya," ujarnya. Lelaki berbadan besar dengan wajah manis itu memintaku mengajarinya. Aku mengangguk. "Aku ambil dulu bukunya, ya,"

Dan aku melihat sosoknya menjauhi rumahku, kemudian kembali tidak berapa lama dengan pencil dan buku tulis di kedua tangannya. Belum juga kami mulai menggambar, keponakanku dan temannya--Shofi dan Sonia--datang. Keduanya mengajakku tebak-tebakan Bahasa Inggris. Kami beranjak dari depan pintu dan akhirnya mulai belajar membaca. Sangat jauh dari rencana sebelumnya
o.O

Terjadi kericuhan karena Wahyu mulai mengganggu Shofi dan Sonia. Saya menggelengkan kepala kemudian mulai fokus pada Wahyu. Ya, mengajak Wahyu untuk belajar adalah tantangan bagi saya. Kata mama, anak yatim itu benar-benar ujian bagi sekitarnya. Dan mungkin benar, Wahyu yang yatim ini benar-benar menyulitkan kami.

Akhirnya waktu makan siang pun tiba. Wahyu pamit untuk makan. Shofi dan Sonia segera ke dapur untuk makan. Saya pun ikut makan bersama mereka. Tapi tak lama kemudian Wahyu kembali.

"Nggak jadi makan, Yu?" tanya saya padanya yang tersenyum-senyum.

"Nggak jadi, mamak aku nggak masak," jawabnya polos sambil menjatuhkan badannya di kursi depan. Aku yang hapal sikap mama segera mengajaknya ke dapur, ikut memilih makanan dan makan bersama kami.

Acara makan siangpun selesai. Saya membereskan dapur yang terlihat mirip kapal ketabrak mobil :D, sementara anak-anak itu mencuci tangan mereka (sepertinya).

Tapi, kok cuci tangan lama, ya?

"Woi, lama amat?"tanya saya.

"Nyuci piring," jawab salah satu dari mereka. Eh!? Gawat!!

"Nggak usah, biar Lek aja yang nyuci," sahut saya. Ya, saya tidak mau mereka berbasah-basah ria. Bayangkan, tiga anak kecil!

"Nggak apa-apa. Kasihan Lek S****, kecapean,"  jawab Sonia. Eh?

Segera saja selengkung senyum terbentuk di bibir saya. Terima kasih, Yu, Fi, Sonia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar