Kamis, 22 Juli 2010

Kodok Jatuh?

Awan bergantungan di payung dunia. Tak memutih warnanya. Tapi lebih mendekati hitam. Ya, manusia bilang itu abu-abu. Kulihat di jalan orang-orang mulai menggerakkan tangan mereka. Membuka gagang payung.

Tahu apa itu payung? Sebuah benda dengan gagang besi atau kayu untuk pegangan. Benda itu memiliki sejenis atap yang akan melindungi kepala manusia-manusia itu dari apa yang tak mereka ingini. Seperti sekarang, saat awan mulai asik mengubah warnanya. Dan kurasakan titik-titik kecil air pada tubuh dan sekitarku.

Hmm. Tempat ini begitu nyaman, meski di dekat jalanan padat. Di sisi kananku, tak jauh dari daun eceng gondok, ada tembok kecil, membatasi jalanan dengan kolam. Sisi kiriku tembok tinggi. Yang mungkin saja di baliknya ada rumah indah manusia-manusia yang ada di jalanan ini. Atau mungkin sebuah rumah makan. Atau tempat penjualan hewan? Entah. Aku baru sekarang melewati kolam ini. Semoga saja bukan tempat seram, berisi hantu-hantu seperti yang diceritakan teman-teman. Ah, tapi selama ini aku tak melihat hantu. Hanya makhluk aneh yang tidak ada di ensiklopedia manapun.

Tubuhku mulai basah. Titik-titik kecil itu menderas, membuatku terpaksa mencari tempat teduh yang lebih baik daripada di sini. Hmm, kucoba dekati sisi lain kolam ini. Whup! Whup! Wuaaaaaaaaaaaa

“hihihi, kakak. Lihat, lihat. Ada kodok jatoh!” teriak seorang gadis kecil yang kebetulan melewati sisi kolam. Sekilas kulihat wajah cerianya, sementara sebagian besar perhatianku bertumpu pada tubuh yang baru saja terpeleset. Sakiit, tapi memang tak seberapa. Alhamdulillah, Allah karuniakan tubuh yang memang sesuai dengan kondisi hambaNya. Tak begitu sakit, memang. Hanya jantungku berdegup saja, kencang. Kaget akan apa yang baru saja terjadi. Dedaunan eceng gondok jadi licin.

“itu bukan jatuh, dik. Kepeleset aja. Yuk, pulang,”ajak seorang manusia lain seraya meraih tangan gadis kecil tadi. Mungkin ia yang dipanggil kakak tadi.

Kupandangi sejenak kepergian mereka berdua. Sementara air langit terus tumpah dari atas sana, sebuah tempat yang belum kujangkau dengan lompatanku yang kecil ini.



*cerita pesanan teman
**berupaya menulis, maaf kalau belum sempurna, atau jauh dari kata bagus Senyum manis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar