Jumat, 19 Agustus 2011

[memori may-dian] proses part 1

Akhir-akhir ini banyak yang tanya terkait proses kami berdua sebelum menikah. Mungkin belum ada yang percaya kalau saya berkisah tentang awal-awal kami proses, hem? Tapi, saya masih akan mencoba berbagi kisah itu. Selamat menikmati ^.^

Sebuah pesan dari saudari nun di seberang pulau membuat saya harus membalasnya. Kalau ada orang yang menyayangi kita, bagaimana sikap kita mbak? begitu tanyanya. Saya mencoba menjawab bila saya berada di posisinya. Yeah, saya kira saat itu ia sedang curhat. Saudari dekat saya itu membalas lagi pesan saya, dan entah yang keberapa saya lupa, isi pesannya mengejutkan saya.

Sebenarnya ada orang yang sangat menyayangi mbak. Hadhuh, belum pernah saya kelimpungan begini. Biasanya saya cuek menghadapi fans-fans(?) saya. Tapi kalau saudari saya yang bicara serius begini, saya ragu untuk cuek. Dan setelah mengurangi keterkejutan saya dari berita pertama, rasa terkejut saya dimunculkan lagi dengan pesan sang saudari ini, bahwa orang yang memiliki perasaan itu adalah orang yang saya anggap rival. Shock? Banget. Akhirnya saya minta saudari saya itu menjadi perantara dan menyuruh lelaki itu kalau benar mau serius tanya pada saya juga.

Saat itu saya baru menenangkan diri dari trauma cinta. Hayyah, istilah apa pula itu. Pastinya, saya sebenarnya sedang ingin menyendiri karena proses yang gagal secara dramatis sebelumnya. Saya belum tahu perasaan saya, tapi saya cuma mengikuti kata hati saya untuk meminta saudari saya menanyakan keseriusan lelaki itu.

Sehari, dua hari, belum ada kepastian dari lelaki itu. Geregetan? Pastinya. Serius nggak sih? apa cuma berani punya rasa aja? Nih cowok berani atau cemen sih? Jengkel saya kemudian saya sms saudari saya, meminta pertimbangannya. Akhirnya, saya sms lelaki itu, meminta pertimbangannya juga bila saya ingin berproses.

may: mas, kalau ada orang yang suka sama may, trus may ada rasa (rasa pengen bukjtiin sebenernya...meski mungkin saat itu udah ada sedikit suka) juga, baiknya gimana?
mas: kalo sama-sama ada rasa, kenapa nggak dicoba proses aja?
may: oh gitu. *hening* ya udah, mas sendiri mau nggak?
mas: maksud may?
may: mas mau nggak proses sama may?
mas: eh? beneran?
may: may tanya mama sama bapak dulu, nanti kalau dibolehin, kita proses, gimana?
mas: iya, boleh. makasih ya

sekarang saya tertawa kalau ingat, kok mau ngajak proses kayak nawar dagangan di pasar gitu ya? seolah main-main. But, it's me, him, and us. kami nggak bisa dengan gaya bahasa lembut (saat itu). Dan saya bergerak cepat, segera bertanya pada mama dan memastikan langkah kami berikutnya.

may: ma, kalo...misalnya ada laki-laki jogja yang mau nikah sama aku gimana?
mama: jogja?
may: iya, orangnya sih kerja di sulawesi sekarang. tapi asli jogja (sebelumnya ada ikhwan asli kalimantan yang mama ngeliat may ngeri gitu). itu tuh yang kasih boneka lumba-lumba
mama: *kayaknya mukanya shock* eh? oh, si itu...
may: iya *iya-iya aja padahal belom tentu sama orang yang dimaksud*
mama: kerja?
may: iya
mama: di mana?
may: *waduh, parah, may gak inget* itu ma, yang jadi teknisi truk-truk gede gitu -____-"
mama: kamu mau dibawa ke sana nanti?
may: belum tanya, sih ma. tapi kayaknya bisa mutasi deh, katanya kantor pusat di jakarta *ngasal mode on*



dan mama baru mengiyakan esok harinya. alhamdulillah, meski di awalnya rada aneh gitu tapi proses kami berlanjut sampai sekarang. satu yang saya sesalkan: saya kehilangan momen diajak proses >.< padahal pengeeen beud ditanya: may, mau menjadi ibu dari anak-anakku kelak? atau may, bersedia jadi pelengkap hidupku?

tapi, saat itulah kami memulai proses dengan upaya keterjagaan. sulit di awal, karena kami sadar kami sedang berbunga-bunga karena bisa berproses. tapi, dukungan dari teman-teman dekat serta perantara dahsyat itu membiasakan kami untuk berinteraksi hanya bila memang dibutuhkan. thanks a lot, all

dedicated for all my friends, khususon mas dian ^.^

3 komentar: