Judulnya dahsyat beud, padahal cuma mau cerita acara 'jalan-jalan' ke Depok, hehe. Eh, itu udah Depok atau masih Jakarta Selatan, ya? Xixixi, lupa saya. Yang pasti, sebuah perjalanan saya keluar rumah tidak terjadi bila bukan karena hal penting. So, let's hear this (ups! itu mah lagu di film Dhoom hehe).
Perjalanan itu bermula ketika saya mendapat pesanan travel pouch. itu tuh, tas pinggang yang ada tali di pahanya. Keren sih kalau lihat bentuknya. Karena barang sudah siap dikirim, jadi ndak bisa saya foto. Nih contoh aja ya ^.^
Gimana? keren kan gambarnya? Hehe. Aslinya tas itu keren lho. Ya, nggak sama memang, tapi yang penting sama-sama tali untuk pahanya ada. Oke, setelah seharian mencari info terkait penjual barang berkualitas, akhirnya saya putuskan esok harinya akan pergi ke sebuah toko untuk survei. Entah kenapa, mengandalkan teman untuk survei bukanlah kebiasaan saya.
Hari itu pun tiba. Matahari pagi menemani saya mengirim sms ke seorang teman untuk menanyakan angkot menuju lokasi. Yap, saya belum pernah naik angkot menuju Universitas Pancasila. Hehe, aneh ya? Tapi itulah kenyataannya. Saya mencoba rute baru karena untuk naik kereta saya tidak yakin di masa-masa penuh ini. Sambil menunggu SMS, saya menaiki bus 75 menuju Pasar Minggu, sebuah terminal bus sekaligus pasar di daerah Jakarta Selatan. Mau tahu busnya seperti apa? Silakan lihat di bagian kiri. Gambar itu hasil Googling, kok.
Oh iya, sebelum saya ke Pasar Minggu, sebelumnya saya ke Kantor Pos Mampang dulu. Kenapa? Saya berniat membeli tiket kereta jurusan Yogyakarta-Jakarta. Hehe, bersiap untuk arus balik, kawan. Ketika saya sampai di kantor pos, pelayanannnya serba elektronik. Keren! Saya mengambil nomor antrian dari mesin pencetak nomor. Tinggal tekan saja di layar touch screen itu, mau ngapain di kantor pos (tapi nggak ada pilihan untuk tidur, hehe). Wew, sepagi itu, pukul 09.00 WIB saya sudah dapat nomor 2019. Ya, anda tidak salah membaca angka itu. Fantastis! Ups, tapi mungkin yang nomor saya hanya 19, ya? Entah 20 di depan itu untuk apa.
Usai mengambil nomor antrian, saya menuju tempat duduk, mirip sofa, di depan loket paling ujung. Kata petugas sih itu khusus loket pembelian tiket kereta. Tak perlu menunggu lama untuk mendapat panggilan. Tapi, saya sedih ketika kata ibu-ibu petugasnya belum dibuka pendaftaran untuk tiket 5 september 2011 >.<. YUa sudahlah, saya segera menuju Ps. Minggu.
Sampai di Pasar Minggu, saya menunggu angkot coklat bernomor 04 (sesuai petunjuk teman via sms). Akhirnya saya naik angkot kecil sambil meminta pak supir menurunkan saya di depan Universitas Pancasila. Pak supir setuju dan saya terus mengamati jalan yang kami lewati. Hingga akhirnya saya turun di bawah jembatan tinggi berwarna biru tepat di seberang Universitas Pancasila.
Dan saya tercengang melihat jembatan yang tingginya mungkin di atas 3 meter itu! Satu-satunya jalan menuju seberang hanya jembatan ini tapi saya sendiri merinding di ketinggian. Oke, berbekal bismillah dan istighfar saya melewati jembatan yang tinggi itu. Ups, cobaan belum berakhir, di bagian tengah, tepatnya di atas rel kereta, jembatan itu meninggi lagi. Hiks, ya Allah, mudahkan saya. Semakin gencar saya beristighfar. Saya semakin sadar bahwa manusia lebih sering ingat Tuhannya ketika dalam ketidaknyamanan. Ya Allah, ampuni saya bila saya termasuk ke dalam golongan itu.
Saya membuka ponsel saya, mencari pesan berisi petunjuk jalan menuju toko. Di samping Universitas Pancasila katanya. Oke, let's start the adventure (alias penyasaran). Saya berjalan ke arah kiri dan menemukan sebuah jalan. Saya tidak memperhatikan nama gang tersebut. Katanya tidak jauh dari stasiun, jadi saya jalan saja hingga menemui tukang ketoprak.
"Permisi, Pak. Numpang tanya. Kalau SMA Kartika Sari di mana ya?" tanya saya akhirnya. Bapak itu memberi petunjuk agar saya terus saja dan berbelok ketika sudah di ujung jalan. Oke, saya ikuti petunjuknya. Ehem, saya terus menelusuri gang selebar 1 meter itu. ketika melewati komplek pemakaman, saya melihat beberapa orang berziarah. Setelah berbelok, saya menemui seorang bapak dan bertanya lagi. Setelah mendapat jawaban segera saya berjalan. Terus berbelok hingga saya berani berkata: Toko Leuser (toko yang saya tuju) benar-benar toko khusus pendaki. Ya, untuk mencapai toko tersebut saja sudah harus melalui jalan panjang dengan berbagai arah. Hingga akhirnya saya sampai di depan SMA Kartika Jaya. Saya hampiri seorang ibu penjual minuman. Setelah emmesan minuman dingin, saya menanyai ibu tersebut.
"Oh, toko alat pendakian, di belakang SMA ini persis mbak," ujar penjual makanan di samping ibu tadi. Saya mengangguk.
Setelah rehat sejenak, saya melanjutkan acara jalan kaki ini. Dan setelah keluar dari jalan SMA Kartika Sari, saya tercengang. Jadi, tadi saya berjalan memutar!? *mestinya berjalan ke kanan kampus, tapi saya memilih kiri kampus Univ. Pancasila.
Sampailah saya ke toko Leuser
Tidak ada komentar:
Posting Komentar