Lama sekali sepertinya saya tidak menulis di blog. Hehehe, kali ini saya mau mengabarkan beberapa hal baru. Yah, ngikut judul, laah. Ini tentang usia 24 tahun yang sedang saya jalani. Yuk, kita mulai.
24 tahun adalah masa yang bisa dibilang tua, hehehe. Tapi ternyata masih banyak kok yang menganggap saya muda, heuheu. Alhamdulillah masih imut berarti. Dan 24 tahun ini adalah masa saya mulai memunculkan keberanian saya dalam beberapa hal, terkait status baru saya. Apa saja itu?
Saya bukan gadis terbaik dan cemerlang di mata orang-orang. Saya hanya gadis biasa dengan segala sifat manusianya saat masih menjabat usia 24 tahun 3 bulan 18 hari. Dan di usia baru itu saya mendapat status baru: istri. Wew, ada lelaki beruntung yang bisa memberi status baru pada saya, alhamdulillah. Saat itu, sepertinya banyak gadis yang memimpikan posisi seperti saya: menjadi istri. Padahal, saya menginginkan juga posisi mereka: sarjana. Kok bisa?
Yep. Saya belum lulus saat menikah. Padahal saya bertekad akan lulus kuliah sebelum menikah. Apakah saya tidak konsisten dengan tekad saya? Entah. Saya hanya berprasangka baik bahwa Allah telah menuliskan skenario terbaikNya untuk saya. Saya ingat ketika saya mencurahkan keinginan saya, ke'iri'an saya terkait kelulusan pada seorang teman bijak, beliau mengingatkan suatu hal. Begini kata beliau yang saya ingat.
"Tiap orang punya jatahnya masing-masing. Kamu pengen kayak A yang udah lulus, tapi si A pengennya udah nikah kayak kamu. kalau pengen-pengen gitu, nggak bersyukur namanya."
Terima kasih, teman, atas nasehatmu. Akhirnya saya menyemangati diri saya bahwa saya bisa lulus kuliah meski sudah menikah. Karena lulus kuliah adalah amanah keluarga saya, khususnya kedua orangtua dan almarhum kakek. Kembali saya menguatkan diri bahwa saya harus memecut semangat di status baru ini.
Kemudian saya menjabat status baru lagi: mahasiswa baru. Hal ini terjadi setelah saya memikirkan semua hal terkait kuliah saya. "Berbincang" dengan Allah, merenungkan semua faktor keterlambatan lulus kuliah. Hingga akhirnya saya membuat keputusan: pindah kuliah. Banyak sekali faktor yang tidak bisa saya jelaskan terkait kepindahan ini. Tapi satu yang pasti, ini adalah buah kejujuran diri saya. Selama ini saya menutup kejujuran itu dengan perasaan tidak enak kalau mengecewakan. Dan saya sadar, menutup kejujuran itu dengan alasan tidak enak takut mengecewakan malah sebenarnya sangat mengecewakan. Setelah melalui berbagai proses di sebuah kampus swasta, akhirnya saya diterima. Dan dukungan moral kedua orangtua saya tidak pernah hilang selama proses itu. Terima kasih, Ma, Pak, Mas, yang berusaha mendukung putri kecil ini.
Oke, intinya, saya bahagia dengan dua status baru saya. Doakan saya ya semoga istiqomah (berkelanjutan) dalam menjalankan dua status saya itu ^.^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar