Kemarin adalah hari pertama saya ujian, dan kemarin adalah saat dimana saya mengingat suatu hal: lagu Kerispatih yang berjudul “Cuma Manusia”. Kelihatannya tidak penting, tapi ternyata lagu itu jadi inspirasi tulisan saya kali ini. Heh? Lintasan pikiran nggak penting gitu May, jadi inspirasi? Yuppe! Hehehe, yuk kita mulai dengan lirik awalnya.
Sadar nggak sih kalau kita butuh teman? Pasti sadar dunk, malah ada yang bilang kita butuh banget sahabat, yang ada dalam suka dan duka, yang ngerti kita, yang tahu cara menghadapi kita. Coba deh mulai sekarang kita balik, kita butuh seseorang (teman atau sahabat) untuk kita coba pahami, untuk kita mengerti, kita pengen selalu ada buat dia, dan kita selalu berusaha tahu bagaimana cara menghadapi dia dalam keadaan apapun. Berat ya? Pastinya. Tapi itu di awal. Dan lama-lama kita bakalan nyadar bahwa tiap manusia itu unik, punya banyak perbedaan karakter. Kadang muncul ego pribadi yang merasa harus didahulukan daripada urusan bersama. Apa itu salah? Menurut saya itu manusiawi kok, cuma jangan keseringan, hehe.
Terus, bagaimana cara menghadapi teman seperti itu?
Yang egois itu ya? Yuk tanya Naruto (lho?). Lagi-lagi menurut saya, kita jangan menuruti ataupun menolak, dunks. Eh? Aneh ya? Hehe, nggak aneh kok. Maksud saya, kita jangan sedikit-sedikit mengiyakan tanpa dasar yang jelas. Masa iya temen kepengen kita nyemplung kali Ciliwung (yang keruh dan bauuuuuu itu) terus atas nama sahabat kita laksanain gitu aja? Nggak kan? Terus tolak? Hmm, baiknya sih kita tanya dulu alasannya. Bisa jadi kan alasan dia minta kita nyemplung adalah untuk mengambil harta karun VOC yang dia tahu tersimpan di dasar kali? *Euh, May mulai lebay deh*
Yeah, setidaknya kita tahu bahwa tak selamanya teman kita adalah orang yang memiliki keinginan yang sama seperti kita. Seringkali kita dapati teman kita meninggikan ego pribadinya. Tapi itu tak lantas kita jadikan alasan untuk meninggalkannya kan?
Lirik di atas sudah gamblang menjelaskan solusinya. Jadi, ketika ada teman kita atau sahabat kita yang muncul ego pribadinya, selama itu bukan hal prinsipil secara agama, kenapa kita harus marah padanya? Kita memang makhluk sempurna di antara semua makhluk, tapi sebagai manusia kita bukan manusia sempurna kan? Kita hanya bisa menjalani wewarna kehidupan yang tercipta untuk dilaksanakan kan? Dan pertengkaran kecil bersama teman, jadikan itu satu dari sekian warna hingga akhirnya, beberapa tahun kemudian kita bersama tertawa mengingat polah unik itu, tertawa bersama dia yang pernah marah-marahan. Oke, saya selesaikan lirik lagunya, ya. Sampai jumpa ^^
*Cuma manusia-kerispatih
Inikah yang harus kuhadapi
Perbedaan tiada bertepi
Mengenali keinginanmu terhadap aku
Yang tak semuanya keinginanku
Sadar nggak sih kalau kita butuh teman? Pasti sadar dunk, malah ada yang bilang kita butuh banget sahabat, yang ada dalam suka dan duka, yang ngerti kita, yang tahu cara menghadapi kita. Coba deh mulai sekarang kita balik, kita butuh seseorang (teman atau sahabat) untuk kita coba pahami, untuk kita mengerti, kita pengen selalu ada buat dia, dan kita selalu berusaha tahu bagaimana cara menghadapi dia dalam keadaan apapun. Berat ya? Pastinya. Tapi itu di awal. Dan lama-lama kita bakalan nyadar bahwa tiap manusia itu unik, punya banyak perbedaan karakter. Kadang muncul ego pribadi yang merasa harus didahulukan daripada urusan bersama. Apa itu salah? Menurut saya itu manusiawi kok, cuma jangan keseringan, hehe.
Terus, bagaimana cara menghadapi teman seperti itu?
Yang egois itu ya? Yuk tanya Naruto (lho?). Lagi-lagi menurut saya, kita jangan menuruti ataupun menolak, dunks. Eh? Aneh ya? Hehe, nggak aneh kok. Maksud saya, kita jangan sedikit-sedikit mengiyakan tanpa dasar yang jelas. Masa iya temen kepengen kita nyemplung kali Ciliwung (yang keruh dan bauuuuuu itu) terus atas nama sahabat kita laksanain gitu aja? Nggak kan? Terus tolak? Hmm, baiknya sih kita tanya dulu alasannya. Bisa jadi kan alasan dia minta kita nyemplung adalah untuk mengambil harta karun VOC yang dia tahu tersimpan di dasar kali? *Euh, May mulai lebay deh*
Yeah, setidaknya kita tahu bahwa tak selamanya teman kita adalah orang yang memiliki keinginan yang sama seperti kita. Seringkali kita dapati teman kita meninggikan ego pribadinya. Tapi itu tak lantas kita jadikan alasan untuk meninggalkannya kan?
Mengapa tak pernah kita coba
Selaraskan rasa dalam jiwa
Ini diriku dan begitulah dirimu
Tak pernah sempurna, cuma manusia
Lirik di atas sudah gamblang menjelaskan solusinya. Jadi, ketika ada teman kita atau sahabat kita yang muncul ego pribadinya, selama itu bukan hal prinsipil secara agama, kenapa kita harus marah padanya? Kita memang makhluk sempurna di antara semua makhluk, tapi sebagai manusia kita bukan manusia sempurna kan? Kita hanya bisa menjalani wewarna kehidupan yang tercipta untuk dilaksanakan kan? Dan pertengkaran kecil bersama teman, jadikan itu satu dari sekian warna hingga akhirnya, beberapa tahun kemudian kita bersama tertawa mengingat polah unik itu, tertawa bersama dia yang pernah marah-marahan. Oke, saya selesaikan lirik lagunya, ya. Sampai jumpa ^^
Seharusnya yang terjadi s’lalu dapat disadari. Dua beda kan saling menyatu, bukan ‘tuk diri sendiri
Bila sampai hari ini masih ada cinta yang membuat kita satu, ini semua anugerah Yang Kuasa
Kita cuma manusia yang dianugerahkan cinta oleh Yang Kuasa
*Cuma manusia-kerispatih
bener banget tuh liriknya
BalasHapushehem, makasih...
Hapuskita hanya manusia gak bisa melebihi kuasa tuhan
BalasHapusyep sepakat, kita cuma manusia yang juga harus berusaha semampu kita
Hapuskeren nih gan lagunya ane suka banget hehehe :D
BalasHapusiya, padahal lagunya termasuk lama ya ^^
BalasHapuskayaknya lagi galau ya xixixixi
BalasHapusharus semangat ya mbak mae..
BalasHapus