Becik ketitik ala ketara, adalah sebuah ungkapan dalam Bahasa Jawa yang artinya adalah: "yang baik akan kelihatan dan yang buruk akan tampak". Ungkapan ini sebagai penenang bagi para pelaku kebenaran supaya tidak resah bila kebenaran atau kebaikan tidak segera nampak dan sebaliknya kejahatan malah tersembunyi karena suatu hari kelak segala sesuatunya akan terlihat sebagaimana aslinya. Pepatah yang sering didengungkan suami saya tersebut juga menjadi penyemangat agar terus saja berbuat baik tanpa peduli apakah saat kita berbuat baik akan dilihat atau tidak oleh orang lain. Karena ikhlas adalah kunci kebaikan yang dilakukan. Pada akhirnya, buah kebaikan itulah yang akan muncul. Selain itu, pepatah tersebut mengingatkan agar tidak berbuat keburukan meski sedikit karena bagaimanapun caranya disembunyikan maka akan ditampakkan juga oleh Yang Maha Kuasa di depan kita dan masyarakat bentuk keburukan tersebut.
Becik ketitik ala ketara. Peribahasa tersebut mengingatkan suami saya dengan kisah yang dialaminya saat duduk di bangku sekolah. Suami saya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan di bidang Teknik Mesin. Beliau lulus tahun 2006. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, suami saya beruntung bisa meraih prestasi akademik dibantu kecerdasan otaknya. Tapi suami saya berkata bahwa usaha keras merupakan kunci diraihnya sebuah prestasi. Saya setuju dengan apa yang beliau katakan. Tidak ada hasil baik yang instan, semua butuh proses.
Kisah itu dialaminya ketika beliau mengikuti ujian Matematika di sekolah tempatnya menimba ilmu. Beliau---dan beberapa temannya yang termasuk kategori siswa pintar---mengerjakan tes sesuai apa yang dipelajari selama ini. Murni tanpa mencontek. Hasilnya mencengangkan. Suami saya dan teman-teman pintarnya dikalahkan siswa yang termasuk kategori di bawah rata-rata! Yang lebih menyedihkan, siswa tersebut dikenal mencontek dan malas belajar selama bersekolah. Guru Matematika tidak dapat berkutik atau memprotes hasil ujian itu karena secara hitam di atas putih jawaban teman suami saya sesuai kunci jawaban yang ada.
Suami saya dan teman-teman pintarnya merasa dongkol, tidak nyaman, tidak enak hati begitu mengetahui bahwa mereka dikalahkan oleh seorang siswa dengan cara curang. Bagaimana mereka tahu bahwa siswa tersebut curang? Ternyata teman dekat siswa tersebut yang bercerita. Tapi nasi sudah menjadi bubur, hal tersebut baru diketahui setelah tahun 2006. Mereka tiidak dapat berbuat apa-apa dengan melaporkan ke pihak sekolah karena semuanya telah menjadi alumni sekolah tersebut.
Suami saya dan teman-temannya yang lain akhirnya mengikhlaskan siswa curang tersebut. Bagi suami saya, yang penting adalah bagaimana mengisi kegiatan di masa sekarang dan masa depan agar berguna, bermanfaat. Tak perlu lagi memandang masa lalu yang membuat sakit.
Kini, suami saya dan teman-temannya terpencar ke berbagai wilayah di Indonesia. Sejak lulus STM (Sekolah Teknik Menengah), mereka mendapat pekerjaan di berbagai pulau. Suami saya bahkan berpindah dari Pulau Bangka Belitung hingga Sulawesi dan akhirnya ke Jakarta. Begitupun dengan teman-teman pintar beliau, terpencar dan berusaha keras dalam pekerjaannya hingga dapat mengangkat derajat orangtua masing-masing. Bagi orang kampung--sebutan bagi warga Indonesia yang lahir dan besar di perkampungan daerah)keberhasilan dan kesuksesan ditandai dengan kemampuannya mengangkat harkat dan martabat keluarga. Suami saya dan teman-temannya berusaha keras untuk membuktikan hal tersebut. Ada yang mampu memperbaiki rumah orangtuanya, ada yang menaikkan haji kedua orangtua, ada pula yang rutin mengirimi uang bulanan agar orangtuanya tidak lagi bekerja keras di usia senja mereka.
"Lalu, bagaimana kabar teman Mas yang katanya nyontek?" tanya saya akhirnya setelah suami saya bercerita.
"Ya, akhirnya terbukti. Siapa yang pekerja keras, siapa yang nggak," jawab beliau sambil menggelar kasur lantai.
"Maksudnya?" tanya saya lagi.
"Temanku yang nyontek itu sekarang nggak jadi apa-apa. Sedangkan kami? Kami yang dikalahkan di ujian Matematika itu sekarang Alhamdulillah bisa berhasil. Dunia kerja membuktikan, kok, siapa yang bisa bertahan siapa yang nggak."
Begitulah. Hasil dari perbuatan buruk akan kelihatan, juga dengan perbuatan baik. Seperti halnya salah satu lirik lagu kesukaan kami--saya dan suami--dari grup penyanyi JKT48, Shonichi:
Usaha keras itu tak akan mengkhianati
setuju mbak...yang benar atau yang salah akhirnya pasti ketahuan....
BalasHapusmentalitas malas ga akan tahan di dunia kerja. baru tau dia! paling gemes kl ada yg beginian mak.
BalasHapusYang benar pasti akan menang
BalasHapus