Yeah, kini aku ingin sedikit meracau, meluahkan gundah yang menggalau. ianya semakin kacau.
Semua bermula sejak awal masuk ke kampus yang tak hijau itu. Aku merasa teman hanya menghambatku. Kurasakan pergaulan juga mengurangi semangatku. Jadi, kupilih sebuah sikap: dingin, angkuh, tak peduli pada sekitarku. Yang penting tidak mempengaruhi nilaiku. itu sudah cukup. Kegiatan kampus juga tak kuikuti karena pengalaman mengajarkan tak ada yang seidealis awal reformasi di kampus yang marak berdiri. Popularitas, itu yang diharapkan melekat pada diri, bila kegiatan ekstra diikuti. Bukankah keren berstatus ketua BEM? bukankah hebat menyandang gelar ketua forum A, sanggar B?
Ya, aku dikenal pendiam pada setengah masa semester pertama. Tapi sebagian teman menyadarkan bahwa aku punya arti lebih dari sekadar pencari nilai di atas kertas. Bahkan pengajar juga seolah mengatakan, bahwa aku memiliki tugas sebagai pengingat, tugas para nabi dan wali. Terlalu mulia, eh? Oke, mungkin kurendahkan sedikit, aku memiliki tugas sebagai manusia untuk menjawab permasalahan orang lain. Dan itu hanya bisa kulakukan bila aku berinteraksi dengan mereka. Ah! Aku sudah underestimate terhadap mereka awalnya. Apa bisa?
Dan kini, aku berada di tengah mereka, tetap bertekad dengan titel: tukang tidur yang hobi baca. mungkin titel itu harus sedikit luntur karena waktuku tidak terlalu banyak untuk tidur di kampus....ya, meski aku menyukainya, merefresh otak dengan tidur dan baca, bukankah itu nikmat surga yang turun ke dunia?
mantap gan ceritanya ane suka banget
BalasHapusnumpang nyimak artikelnya ya gannn
BalasHapusartikelnya curhatannya semua ya gannn
BalasHapus@inverter mitsubishi
BalasHapusnggak juga kok, banyak yang hasil diskusi sama temen-temen :)