Apa kabar liburan panjang kemarin? Seru? Bete? Atau..malah nggak terasa liburannya? Pergi ke mana liburan kemarin? Rekreasi gitu. Pantai? Ke rumah nenek? Xixixi, pilihan kedua mirip judul karangan semasa SD. Atau malah ada yang ke museum? Puncak gunung?
Kemarin saya mengisi waktu luang bersama teman-teman saya (sayang sekali salah satunya harus cepat pulang). Di tengah perjalanan pulang itu saya nyeletuk pada teman saya, “Kalau punya anak nanti diajak ke pusat peragaan kayak gini seru kali ya?” dan teman saya tertawa mendengarnya. Kenapa saya berucap begitu? Begini ceritanya
Ketika di pusat peragaan IPTEK, tepat kami datang saat akan ada demo peluncuran roket air *jadi penasaran apa sama seperti ketika komunitas myQuran mengadakan demo yang sama?*. Akhirnya kami ikut dalam jajaran penonton demo tersebut. Dipandu seorang *err…apa ya namanya?* kakak berseragam merah-hitam, peluncuran itu dilakukan. Di tengah demo, sang kakak meminta partisipasi para penonton.
“Hayo siapa yang mau bantu saya memompa udara?” tanya sang kakak demonstran *akhirnya ketemu juga istilah ini* ke arah penonton. Lalu dua anak kecil dengan langkah malu-malu datang ke depan sore itu *halloooow, ini bukan puisi taufik Ismail Maaayyyy*. Salah satunya memompa agar udara masuk ke dalam botol roket-roketan, kemudian yang seorang lagi membantu menekan alat yang disebut launcher.
Setelah peluncuran itu, kami menuju arena lain di dalam pusat peragaan IPTEK. Yep, saya melihat antusiame adik-adik ketika mencoba berbagai peralatan di dalam ‘museum’ itu. Setidaknya, mereka bukan hanya penikmat pasif berbagai hal yang ada di depannya. Seketika saya memiliki ide untuk mengajak keponakan—atau bahkan kelak anak—saya kelak bila kami memiliki kesempatan, ke tempat penuh pelajaran ini. Bukan hanya pelajaran kimia, fisika, aeronautika, tapi juga pembelajaran terkait kepercayaan diri ketika mereka dilibatkan dalam berbagai percobaan seperti demo peluncuran roket air tadi.
Dari situlah saya berpikir, bahwa sungguh berguna bila rekreasi yang dilakukan adalah rekreasi produktif, yang artinya kita mendapat ‘sesuatu’ usai kita rekreasi, bukan sekadar melepas penat.
Tapi, hei, rekreasi, kan memang tujuannya untuk melepas penat May. Buat apa rekreasi kalau menyuruh kita berpikir? Apalagi para pegawai yang memang disibukkan dengan kejenuhan kantor masing-masing. Apa salah kalau rekreasi pasif?
Nggak salah, kok. Nggak salah, hanya, rekreasi produktif malah akan membuat waktu kita lebih bermakna. Semisal outbond, tempat renang, mendaki gunung sebagai contoh rekreasi aktif nggak bikin capek mikir kan? Heuheuheu.
Yuk, kita coba mengisi waktu luang dengan rekreasi produktif, terutama bila bersama adik, keponakan, atau anak-anak. Karena hidup yang sudah indah ini akan lebih indah bila benar-benar terisi ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar