ANALISIS
MINAT BACA SISWA SD
Maesaroh
Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Indraprasta PGRI
Jl.
Nangka 58C Tanjung Barat, Jakarta Selatan, Indonesia
maesaroh.sya@gmail.com
Abstrak
Membaca
adalah keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh setiap manusia.
Dengan membaca, maka manusia dapat menerima berbagai pengetahuan yang
ada. Akan tetapi di Indonesia hal tersebut tidaklah menjadi sesuatu
yang penting. Terutama pada anak-anak, khususnya siswa SD, kegiatan
membaca tidak begitu disukai sehingga keterampilan berbahasa yang
mendasar itu tidak terasah dengan baik. Padahal, dari kecil kegiatan
membaca akan sangat berguna bila ditekuni yakni menjadi manusia
berkualitas yang mampu bersaing di tingkat internasional.
Kata
kunci: membaca, siswa, Indonesia
Analysis
of
Elementary
Students's
Interest
Abstract
Reading
is
language
skills
possessed
by
every
human
being.
By
reading,
then
humans
can
accept
a
variety of
existing
knowledge.
But
in
Indonesia,
it
is not
to
be something
important.
Especially
in
children,
especially
elementary
students,
reading
is
not so
favored
that
the
basic
language
skills
are
not
well
honed.
In
fact,
from reading the small activity would be very useful if occupied into
a human that can compete at the international level.
Keywords:
reading,
students,
Indonesia
A.
PENDAHULUAN
Buku
adalah jendela dunia. Pepatah tersebut tidaklah salah. Melalui buku,
maka berbagai ilmu pengetahuan dapat diketahui tanpa melangkahkan
kaki ke sumber ilmu. Sayangnya, di Indonesia kegiatan membaca buku
bukanlah hal utama yang disenangi warga masyarakat. Baik orang dewasa
maupun anak-anak kini tidak akrab dengan buku. Bahkan, banyak yang
memandang orang penyuka buku sebagai orang kurang pergaulan. Padahal,
justru dengan membaca maka wawasan orang tersebut sangat luas.
Anggapan kurang pergaulan tersebut menjadikan masyarakat tidak mau
menekuni buku sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Tidak salah bila Taufik Ismail menyatakan dalam
makalahnya, Generasi Nol Buku, bahwa ia bersama dengan puluhan ribu
anak SMA lain di seluruh tanah air pada 1953-1956 sudah menjadi
generasi nol buku, yang rabun membaca dan lumpuh menulis. Nol buku
karena mereka tidak mendapat tugas membaca melalui perpustakaan
sekolah, sehingga "rabun" membaca. Sementara istilah
"pincang mengarang" karena tidak ada latihan mengarang
dalam pelajaran di sekolah. Kewajiban membaca dan mengarang, menurut
Taufik, bukan bertujuan untuk membuat siswa menjadi sastrawan, tapi
merupakan keahlian yang dibutuhkan di setiap profesi. Generasi nol
buku itulah yang kini disebut Taufik menjadi warga Indonesia yang
terpelajar serta memegang posisi menentukan arah negara di seluruh
strata, baik di pemerintahan atau di swasta. Beberapa sebab mendasar
amburadulnya Indonesia sekarang, mungkin sekali karena dalam fase
pertumbuhan intelektual, mereka membaca nol buku di sekolah (Ismail:
2007)
B.
PEMBAHASAN
Darmono
(2007:214) menyatakan bahwa minat baca merupakan kecenderungan jiwa
yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca
ditunjukkan dengan keinginan yang kuat untuk melakukan kegiatan
membaca. Hal ini disebabkan minat membaca merupakan salah satu faktor
penting yang akan membantu anak untuk segera siap membaca.
Senada
dengan pendapat Darmono, Rachman (1983:16) mengemukakan bahwa minat
baca diartikan sebagai perwujudan perilaku baca murid yang disebabkan
oleh faktor-faktor pendorong tertentu, baik oleh faktor internal
maupun eksternal.
Sementara
itu, Dallman dkk (1982 dalam Hadi Susanto, 2013) mengatakan bahwa
minat membaca merupakan faktor terpenting dari kesiapan membaca anak
untuk belajar membaca.
Minat
baca masyarakat Indonesia, dalam hal ini siswa SD masih rendah. Hal
tersebut terjadi hampir merata di beberapa daerah. Di Jakarta, siswa
SD lebih memahami bagaimana menggunakan ponsel pintar (smartphone)
daripada memilih buku bacaan yang tepat untuk mereka. Di Kalimantan
lain lagi. Para siswa kesulitan menemukan kosakata yang tepat untuk
menceritakan kegiatan sehari sebelumnya. Hal tersebut diakui sebagian
siswa bahwa itu karena mereka sangat jarang membaca buku. Buku-buku
yang disediakan di perpustakaan hanya sesekali mereka lirik bila ada
tugas.
Berdasarkan
data UNDP 2010 minat baca masyarakat Indonesia berada pada peringkat
112 dari 175 negara, masih sangat rendah. Kemudian UNESCO pada 2012
mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 yang
berarti dalam tiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang memiliki
minat baca (republika.co.id). Sedangkan berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) 2006 disebutkan bahwasanya masyarakat Indonesia lebih
tertarik menonton televisi dan mendengarkan radio daripada membaca
koran.
Beberapa
survei di atas telah menunjukkan mengenai kurangnya minat baca di
Indonesia. Akan tetapi kurangnya minat baca tidak muncul begitu saja.
Ada faktor-faktor penyebab kurangnya minat baca di Indonesia,
khususnya di kalangan siswa SD.
Penyebab
pertama sistem pembelajaran belum membuat anak-anak, siswa, dan
mahasiswa harus membaca buku. Saat ini tugas-tugas siswa SD lebih
banyak mendekatkan mereka dengan internet. Mulai pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) sampai tugas mengarang dalam pelajaran
Bahasa Indonesia. Para siswa hanya ditugaskan mencari sebuah materi
dan mencetaknya untuk dikumpulkan tanpa ada keharusan mendiskusikan
bahan yang mereka kumpulkan.
Penyebab
kedua adalah banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan
TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku.
Para siswa SD lebih mudah menghapal lagu-lagu baru atau kisah terbaru
yang ditayangkan televisi daripada mengetahui buku baru yang terbit
untuk mereka. Padahal, sudah banyak buku-buku yang terbit dengan
penyesuaian isi serta tata wajah buku agar menarik perhatian
anak-anak, seperti buku-buku Kecil-kecil Punya Karya terbitan Asma
Nadia Publishing House.
Kemudian
penyebab ketiga, banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu
seperti taman rekreasi, tempat karaoke, night club, mall,
supermarket. Di kota besar khususnya aktivitas rutin di hari kerja
yang padat memang membosankan, melelahkan. Hal tersebut menyebabkan
masyarakat memerlukan waktu luang untuk bersantai dan berhenti
sejenak dari rutinitasnya. Berbagai fasilitas disediakan sebagai alat
pemenuh kebutuhan hiburan. Padahal, waktu luang yang ada bisa diisi
dengan membaca buku.
Penyebab
keempat, budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang
kita. Kita hanya terbiasa mendengar berbagai dongeng, kisah,
adat-istiadat secara verbal dikemukakan orang tua, nenek, dan tokoh
masyarakat.
Kelima,
para ibu orang tua kita senantiasa disibukkan berbagai kegiatan,
serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga. Sehingga tiap
hari waktu luang sangat minim bahkan hampir tidak ada untuk membantu
anak membaca buku dan belajar. Bahkan bagi sebagian besar ibu di
Indonesia membaca buku adalah hal yang membuang waktu sehingga tidak
perlu dilakukan.
Terakhir,
mempunyai sifat malas yang merajalela dikalangan anak-anak maupun
dewasa untuk membaca dan belajar demi kemajuan diri masing-masing
untuk menambah ilmu pengetahuan. Keengganan membaca buku ini masih
terkait dengan adanya berbagai mainan lain sejenis game console, atau
ttontonan anak yang waktunya sangat lama. Bagi anak-anak, menonton
atau bermain adalah hal yang tidak menguras energi dan pikiran
sedangkan membaca memerlukan fokus pikiran tersendiri.
Dengan
keenam faktor tersebut maka muncullah kurangnya minat baca masyarakat
Indonesia, khususnya siswa SD. Dampaknya, tidak lain tidak bukan,
rendahnya kualitas orang Indonesia dalam persaingan dengan orang luar
negeri yang hobi membaca.
Upaya
yang sudah dilakukan pemerintah terkait masalah minat baca antara
lain memperbaiki perpustakaan di setiap daerah. Dari bangunan,
manajemen, hingga koleksi diusahakan agar tidak ketinggalan dengan
toko buku. Selain itu, untuk menambah pelayanan dan meningkatkan
minat baca masyarakat, keterlambatan mengembalikan buku perpustakaan
tidak lagi didenda berupa uang, tapi skorsing ketidakbolehan meminjam
buku dalam kurun waktu tertentu.
Kemudian
pemerintah juga menyediakan perpustakaan keliling dengan mobil yang
dioperasikan pada hari tertentu di wilayah perpustakaan tersebut.
Dengan adanya mobil perpustakaan keliling, anak-anak yang enggan ke
perpustakaan masih bisa membaca buku. Kegiatan jemput bola yang
dilakukan pemerintah mulai berbuah hasil.
ada
pula acara-acara yang diadakan oleh perpustakaan untuk menarik minat
baca masyarakat Indonesia, misalnya saja lomba bercerita. Lomba
bercerita ini isi ceritanya harus diambil dari buku-buku yang sudah
terbit di Indonesia. Dengan cara itu diharapkan para siswa SD yang
ingin menjadi peserta akhirnya membaca buku untuk diceritakan dalam
lomba.
Upaya
pemerintah tersebut juga didukung oleh sebagian masyarakat yang
peduli pada minat baca penduduk Indonesia. Maka berdirilah berbagai
taman bacaan dan mobil pustaka keliling yang mirip dengan
perpustakaan keliling milik pemerintah dari segi fungsi.
Selain
itu, upaya meningkatkan minat baca juga dapat dilakukan dari dalam
rumah. Sebagian keluarga modern mencanangkan kegiatan membaca bagi
keluarganya sebagai sesuatu hal wajib setiap hari. Mereka membiasakan
pembacaan dan berbagi cerita terkait isi buku dengan antar anggota
keluarga. Bahkan ada yang mengenalkan buku pada anggota keluarga yang
masih bayi.
Program
kunjungan ke toko buku tiap bulan atau perpustakaan juga bisa menjadi
salah satu cara meningkatkan minat baca pada anak. Dengan kunjungan
tersebut, anak akan tahu bahwa buku banyak macamnya.
- PENUTUP
Minat
baca masyarakat Indonesia, khususnya siswa SD, masih rendah. Hal
tersebut disebabkan oleh berbagai faktor yang melatarbelakangi
kurangnya minat baca. Berbagai upaya harus dilakukan agar minat baca
siswa SD khususnya meningkat. Pihak pemerintah, organisasi swadaya,
sampai individu berusaha untuk mengembangkan minat baca masyarakat
Indonesia. Jika mereka tidak berjalan sendiri-sendiri dan bersinergi,
tentu minat baca masyarakat Indonesia akan meningkat. Peningkatan
minat baca sejak kecil akan berdampak positif saat ia dewasa, yaitu
dapat menjadi manusia berkualitas yang mampu bersaing di tingkat
internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 2007.
Perpustakaan
Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja.
Jakarta: Grasindo.
H. A, Abd. Rachman,
dkk.1983. Minat
Baca Murid Siswa Sekolah Dasar di Jawa Timur.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
http://saipuddin.wordpress.com/2010/05/16/7-penyebab-rendahnya-minat-baca/
(diakses 14 Februari 2014)
http://kitaabah.com/ina/diankp/peran-komunitas-meningkatkan-minat-baca-anak-indonesia
(diakses 14 Februari 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar