Aku tidak bisa tenang. Sebuah informasi tidak mengenakkan telah kuterima: musuh mengincar teman-temanku. Di kantin kampus ini aku hanya bisa mendengus sebal.
"Ini minumlah." ucap Tyler, rekan kuliah sekaligus temanku dalam setiap misi kami. Aku menoleh ketika aku menyadari ia menopang dagunya sambil menatapku. Sementara gelas jus alpukat kesukaanku hanya diam di meja.
"Ke...kenapa?" tanyaku gugup dan penasaran. Mata ketua timku ini tidak biasanya selembut itu. Aku merasa teduh, nyaman dengan tatapannya.
"Hanya ingin kau tersenyum." jawabnya lagi sambil tersenyum manis. Aku bersumpah belum pernah melihat senyumnya yang semanis ini. Tyler adalah ketua yang tegas, kaku, jarang senyum. Mungkin menyeringai lebih sering, itupun kalau ada anggota timnya yang harus dihukum.
"A...pa?" tanyaku lagi setelah aku menunduk. Sepertinya aku sangat malu mendapati kelembutannya. Bahkan gelas jus tidak kusentuh. Aku tak berani walau hanya mendekat.
"Minumlah, aku akan melindungimu." jawabnya. Mendengar itu, aku mendongak. Melindungi? "Aku tahu siapa musuh kali ini. Berhenti khawatir dan lindungi mereka sekuat tenaga." Lanjutnya lagi.
Nada lembutnya bercampur tegas sehingga mengurangi kekhawatiranku. Dia masih tersenyum lembut sehingga aku ikut membalas senyuman teduhnya.
"Aku suka senyummu" ujarnya lagi sambil tetap menopangkan dagu. Senyumnya tidak hilang juga sehingga aku kembali kikuk ketika meminum jus alpukat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar